Pernahkah kita gagal, atau kalah, atau tidak mendapatkan porsi dan tempat yang seharusnya mudah saja atau sewajarnya bisa kita dapatkan? Haruskah kita tetap menjadi baik dan legawa setelah dikecewakan atau ditolak sedemikian rupa?
"Heran ya, kok penulis berpengalaman sekaliber dia tidak lolos seleksi?"
"Aneh, biasanya dia menang, kok kali ini bisa kalah?"
"Apa dia kurang berusaha, ya? Biasanya dia bagus, berhasil, kali ini kok karyanya  gagal?"
Sebuah pengalaman pribadi. Ada kalanya kita down saat harus berusaha keras menerima kenyataan jika karya tulis kita tidak menang lomba atau kompetisi yang seharusnya 'mudah saja' kita menangkan.
Meski kita sering menang, tidak selalu berarti kita pasti menang. Ada kalanya kita harus berlapang dada dan legawa menerima jika kali ini gagal atau tidak diterima dalam kolam di mana kita berkecimpung.
Atlet paling pro saja kadang bisa kalah dalam Olimpiade. Kesebelasan sepakbola paling kuat, legendaris, terkenal sedunia juga bisa saja tidak beruntung menembus final Piala Dunia.
Gelar, pengalaman, bakat, jam terbang, sama sekali bukan jaminan.
Kadang kita menyalahkan diri; 'Memang saya kurang usaha, kurang niat, kurang waktu.'
Padahal bukan hanya itu. Di mana letak kesalahan atau masalahnya? Mari kita renungkan bersama.
1. Â Kita hidup dalam dunia di mana kompetisi adalah hal yang wajar, semua peserta ingin menang dengan cara apapun. Tak semua orang; juri, guru, penilai, siapapun peduli pada usaha keras maupun apa yang kita pernah peroleh.
 Kita harus tetap berusaha, akan tetapi jika kita akhirnya gagal, itu bukan sepenuhnya salah kita.
2. Kita harus tetap berusaha walau pernah gagal dan masih terus gagal. Pensil yang putus saat diasah/diraut bukan berarti asa kita juga patah dan tak dapat diasah lagi.
 Tetaplah asah pensil itu dengan asa yang tak pernah habis. Niscaya lama kelamaan dengan niat dan usaha keras, ujung pensil akan kembali runcing.
3. Kita mungkin tak akan selalu menang walau telah memiliki segenap bakat dan mengerahkan segenap kemampuan.
Ada kalanya kita kalah atau gagal karena Tuhan YME ingin mengingatkan bahwa 'di atas langit masih ada langit'. Kita gagal atau tersingkir secara terhormat, membawa hikmah dan pelajaran, bukan hanya zonk. Kita pasti akan menang dan bisa menang di lain waktu dan kesempatan, asal kita terus berusaha dan tetap berbuat baik bagi sesama.
Semoga bisa menjadi renungan akhir pekan dan awal minggu yang cukup bermanfaat bagi kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI