Sama seperti kehidupan, itulah menulis dan kepenulisan. Ada beberapa hal penting terlupakan, malah ada yang sebenarnya kurang malah dipenting-pentingkan.
Apa saja 'sih, hal-hal yang kurang penting tapi sering masih diuber-uber para penulis?
1. Banyaknya pelanggan /Â subscriber.
 Oke, ini memang sepertinya akan jadi patokan sebelum kita melanggani atau subscribe atau follow. Namun permisi tanya, apakah sudah pasti semua pelanggan itu telah membuka dan membaca apa yang kita tulis? Belum tentu, bukan?
Yang penting adalah keterbacaaan, views, malah jika bisa, yang unik dan baru, aliens out there, bukan banyak pelanggan.
2. Banyaknya kata-kata atau jumkat (jumlah kata).
Barangkali gara-gara jadi syarat platform tertentu, banyak penulis salah kaprah jika banyaknya kata adalah patokan mutu.
Padahal masih belum tentu, kata yang banyak berisi semua. Mungkin kebanyakan adalah kata-kata kurang efektif yang 'sengaja' diketikkan penulis dalam rangka mencapai target. Istilah Kak Jul, menggondrong-gondrongkan kata. Jadi ya, kurang berisi. Lama-kelamaan akan membosankan dan kelak akan ditinggalkan.
Yang penting adalah kualitas kalimat dan penyuntingan secara pribadi.
3. Banyaknya pendapatan yang masuk.
Jangan khawatir dengan rezeki. Rezeki takkan tertukar, demikian bunyi sebuah ungkapan. Jika apa yang kita tuliskan memang bagus (dalam arti berkualitas, layak baca, bermanfaat, walaupun masih sepi dan belum ditemukan pihak yang besar dan bisa mengorbitkan kita ke jenjang yang lebih tinggi) pasti akan mengundang pembacaan ulang ke laman kita dan mungkin sekali akan menggiring para penikmat kata-kata kita walau sudah lama berlalu.
"Tulisan lama masih dicari, yang baru tetap dinanti."
 Bukankah itu lebih baik dan penting, daripada hanya hitung dan pamer nominal?
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H