"Em?" ternyata Ocean sudah kembali dari pemakaman. Wajahnya tampak khawatir dan tak seceria biasanya.
"Kau tak apa-apa? Maaf ya, kami pergi lama sekali, dan juga kami sudah tahu Pedang Terkutuk itu hilang dicuri... aku..." Ocean segera mendekat.
Namun di luar dugaan pemuda kembar tampan berambut panjang itu, Emily membuang muka dan menjauhkan matanya.
"Maaf, aku ingin tahu saja. Tadi kau yang membawaku kembali kemari atau bukan?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Kembali kemari? Membawamu? Apa maksudmu?" Ocean bingung tak mengerti.
"Karena tadi aku..." Emily tak mau dan juga tak ingin mengatakan Lorong Bawah Tanah. Ia masih ragu, apakah Ocean atau Sky atau siapa yang menemukannya dan kemungkinan besar telah menukar pakaiannya. Emily tak diapa-apakan namun ia merasa malu dan takut. Takut apabila ada pria yang mencoba mengambil keuntungan dari tubuhnya saat ia sedang pingsan seperti tadi.
"Ada apa Em? Maaf aku juga sedang tak bisa berpikir jernih. Pembunuhan penjaga itu dan pedang yang hilang sudah cukup mengusikku. Bukan karena apa-apa..." Ocean mendekat dan duduk di ranjang Emily dan meraba dahi gadis itu. Emily ingin menghindar tapi tak kuasa menolak.
Sepasang mata biru pemuda itu menatapnya tajam tapi bukan dengan birahi, melainkan dengan rasa sayang atau mungkin cinta.
Telapak tangan Ocean yang berjemari panjang lentik dan cukup besar erat menyentuh dahi Emily, lembut dan hangat.
"Em, kau demam. Kami akan segera memanggil Doc Lilian kemari!" ujar Ocean dengan nada sangat khawatir.
"Aku tak apa-apa..." Emily terpana. Ia sangat senang sekaligus bingung disentuh Ocean lagi, apalagi dengan perhatiannya yang begitu manis.