Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Episode 25: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

11 Januari 2023   13:22 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

Sudut Pandang / point-of-view Seorang Kembar Vagano Tak Dikenal:

Aku berkali-kali membasuh wajahku untuk memastikan kalau apa yang kulihat di cermin itu salah besar.

Salah mataku sendiri dan sebuah ilusi, bahwa aku bukan seorang Vagano.

Karena aku cuma monster yang mengerikan, yang bertubuh cacat atau tak layak untuk berada di atas sini, maka harus disembunyikan dengan baik di bawah sana.

Mengapa aku tak langsung dibunuh saja dan masih harus dipelihara seperti seekor binatang?

Dalam kegalauan dan kegundahanku, tiba-tiba kulihat Emily bergerak-gerak.

Ia akan segera sadar!

Aku harus pergi dari sini. Aku tak ingin ia mengetahui keberadaanku. Dan aku memang patut mati atas segala apapun dosa yang mungkin kulakukan, tapi tidak hari ini.

Maka kali ini dengan hati-hati aku menyelinap keluar dan segera kembali ke tempat dimana aku selama ini berada.

Tak lagi sama sekarang. Aku tak boleh begitu saja seperti dulu lagi!

Aku memang bodoh, tapi bukan juga berarti aku tak tahu apa-apa!

***

Kembali pada Emily, yang mulai terjaga lagi di atas ranjangnya dengan perasaan sama seperti hari pertama ia tiba di tempat ini.

Hanya saja hari ini ada yang terasa aneh pada tubuhnya.

Ia tak mengenakan apa-apa, hanya selembar kain putih tua dan selimut saja!

"Astaga! Di mana semua pakaian yang kukenakan?" panik, ia segera turun dari ranjang, merasa malu dan ketakutan, menduga sesuatu yang terburuk telah terjadi pada tubuhnya. Ia sangat khawatir akan merasa sakit atau berdarah karena setahunya, bila dalam film-film atau novel, terbangun dalam keadaan seperti ini pasti setelah ia ditiduri oleh laki-laki! Tapi, tidak. Tidak terasa apapun dan tubuhnya sangat bersih.

Hanya saja, suhu tubuhnya terasa tinggi, lebih panas dari biasanya.

Aku demam! Seingatku tadi aku berada di dalam ruangan bawah tanah. Lalu mengapa aku bisa kembali berada di sini?

Pasti ada yang menemukanku karena tadi aku lagi-lagi tak sadarkan diri setelah menyadari bila... ada 3 bayi Vagano!

Emily kembali merasakan pusing yang amat sangat. Ia segera mencari pakaian yang hangat dan mengenakannya lalu berbaring di ranjang, menggigil sendiri.

Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu dan masuk.

"Em?" ternyata Ocean sudah kembali dari pemakaman. Wajahnya tampak khawatir dan tak seceria biasanya.

"Kau tak apa-apa? Maaf ya, kami pergi lama sekali, dan juga kami sudah tahu Pedang Terkutuk itu hilang dicuri... aku..." Ocean segera mendekat.

Namun di luar dugaan pemuda kembar tampan berambut panjang itu, Emily membuang muka dan menjauhkan matanya.

"Maaf, aku ingin tahu saja. Tadi kau yang membawaku kembali kemari atau bukan?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Kembali kemari? Membawamu? Apa maksudmu?" Ocean bingung tak mengerti.

"Karena tadi aku..." Emily tak mau dan juga tak ingin mengatakan Lorong Bawah Tanah. Ia masih ragu, apakah Ocean atau Sky atau siapa yang menemukannya dan kemungkinan besar telah menukar pakaiannya. Emily tak diapa-apakan namun ia merasa malu dan takut. Takut apabila ada pria yang mencoba mengambil keuntungan dari tubuhnya saat ia sedang pingsan seperti tadi.

"Ada apa Em? Maaf aku juga sedang tak bisa berpikir jernih. Pembunuhan penjaga itu dan pedang yang hilang sudah cukup mengusikku. Bukan karena apa-apa..." Ocean mendekat dan duduk di ranjang Emily dan meraba dahi gadis itu. Emily ingin menghindar tapi tak kuasa menolak.

Sepasang mata biru pemuda itu menatapnya tajam tapi bukan dengan birahi, melainkan dengan rasa sayang atau mungkin cinta.

Telapak tangan Ocean yang berjemari panjang lentik dan cukup besar erat menyentuh dahi Emily, lembut dan hangat.

"Em, kau demam. Kami akan segera memanggil Doc Lilian kemari!" ujar Ocean dengan nada sangat khawatir.

"Aku tak apa-apa..." Emily terpana. Ia sangat senang sekaligus bingung disentuh Ocean lagi, apalagi dengan perhatiannya yang begitu manis.

"Jangan sampai kau jatuh sakit ya, karena kami tak ingin kalau kita dapat masalah lagi. Tunggu di sini ya Em, akan kami panggilkan dokter kami!"

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun