Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Episode 23: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

9 Januari 2023   14:19 Diperbarui: 9 Januari 2023   14:34 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal:

Dengan langkah ragu-ragu kudekati cermin itu, sesuatu yang membuatku penasaran sekaligus sangat kutakuti lebih dari apapun, bahkan lebih dari kematian.

Sebab Si Tua selalu berucap kasar dan mengataiku 'Makhluk Terkutuk nan Buruk Rupa' seolah-olah aku bahkan bukan manusia.

Padahal aku juga bisa berdarah dan terluka!

Dan pada cermin yang permukaannya kusam karena lumut dan debu itu kusapukan tanganku, yang kurasa kukuku masih terlalu panjang walau suka kugigiti sendiri.

Tanganku yang kurus dan panjang kulihat mendekati pantulannya sendiri, dan aku mendekat.

Kulihat sosok suram berambut panjang acak-acakan karena hampir tak pernah digunting.

Dan begitu melihat wajahku sendiri, aku nyaris terpekik.

Memang tak seperti yang kuinginkan atau kuharapkan.

Dan sama sekali tak seburuk yang kubayangkan.

Tapi wajah ini... sangat mirip dengan...

Sementara itu tak terlalu jauh dari tempat itu, Emily masih mengembara juga sambil memikirkan tentang lukisan potret Bangsawan Zeus Vagano dan pengantinnya yang kelak akan melahirkan Kembar Ocean dan Sky. Serta sosok ketiga, Hannah Miles.

Mereka pasti kenal sejak lama, karena itulah Hannah lalu 'dipercaya' untuk mengasuh Ocean dan Sky seperti putra-putranya sendiri.

Walau tak pernah ada komunikasi yang hangat dan intens terjalin antara mereka bertiga, sama halnya dengan aku.

Hannah menyimpan rahasia besar dalam dirinya yang tak ingin semua orang tahu.

Mungkin juga lukisan potret tadi ia yang simpan di gudang Lorong Bawah Tanah ini agar kembar Vagano takkan pernah menemukannya. Untuk apa ia merahasiakan hubungannya segala?

Lalu Emily menemukan gudang lain lagi, kali ini tempatnya jauh lebih dalam dan lebih gelap. Di antara barang-barang bekas yang berasal dari masa lalu yang lebih dekat, ada sebuah lukisan potret lagi.

Kali ini, potret dari bayi-bayi kembar. Semuanya tampan dan lucu. Bayi laki-laki yang hanya dibungkus dengan kain putih seolah baru saja diletakkan di ranjang berderetan sesaat setelah dilahirkan dan dibersihkan, tertidur lelap.

Pastilah mereka Ocean dan Sky waktu baru dilahirkan.

Tapi, mengapa bayinya ada ... tiga?

Emily tak habis pikir. Tiga bayi, berarti sesungguhnya ada Kembar Vagano yang ketiga?

Mendadak Emily merasa pusing. Entah karena udara yang ia hirup ini atau karena kenyataan pahit yang baru ia temui dengan mata kepalanya sendiri.

Harus segera pergi dari sini, ya, aku harus keluar dari tempat ini secepatnya dan memberitahukan kepada Ocean dan Sky, atau aku kabur saja sekalian?

Ia berlari dan berlari, pandangannya mulai kabur dan kakinya mulai lemah. Beberapa kali ia tersandung, atau hampir menginjak segerombolan tikus lewat. Mereka mencicit dan sama terkejutnya.

Lalu Emily seperti menabrak sesuatu, atau seseorang.

Sebelum ia jatuh pingsan untuk kedua kalinya di Lorong Bawah Tanah.

Sudut pandang / point-of-view seseorang tak dikenal (beberapa saat sebelumnya): 

Aku berlari dari hadapan cermin yang menampakkan wujudku dengan begitu nyata.

Wajahku itu hampir sama seperti yang pernah kulihat sebelumnya.

Wajah orang-orang yang Si Tua tanamkan ke dalam ingatan dan mataku semenjak mereka kecil hingga sekarang.

Aku sama sekali tak asing. Memang tak setampan mereka. Aku sangat kurus dengan pipi tirus dan wajah bertulang pipi menonjol akibat kurang gizi, gigi kuning nyaris tak pernah dibersihkan.

Tapi mata biru yang sama. Tubuh dan perawakan yang sama.

Aku seorang Vagano.

Lalu mengapa aku bisa ada di sini? Mengapa aku tak bersama mereka di atas sana?

Dalam kemarahan dan ketidakpercayaanku aku berlari sekencangnya di Lorong Bawah Tanah. Sungguh bingung, kecewa dan penasaran.

Di ujung lorong yang nyaris tanpa cahaya, muncul kilauan kecil bergoyang-goyang, semakin mendekat.

Dan tiba-tiba seseorang menabrakku dan terjatuh ke dalam pelukanku.

Emily?

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun