Mendadak Emily merasa pusing. Entah karena udara yang ia hirup ini atau karena kenyataan pahit yang baru ia temui dengan mata kepalanya sendiri.
Harus segera pergi dari sini, ya, aku harus keluar dari tempat ini secepatnya dan memberitahukan kepada Ocean dan Sky, atau aku kabur saja sekalian?
Ia berlari dan berlari, pandangannya mulai kabur dan kakinya mulai lemah. Beberapa kali ia tersandung, atau hampir menginjak segerombolan tikus lewat. Mereka mencicit dan sama terkejutnya.
Lalu Emily seperti menabrak sesuatu, atau seseorang.
Sebelum ia jatuh pingsan untuk kedua kalinya di Lorong Bawah Tanah.
Sudut pandang /Â point-of-view seseorang tak dikenal (beberapa saat sebelumnya):Â
Aku berlari dari hadapan cermin yang menampakkan wujudku dengan begitu nyata.
Wajahku itu hampir sama seperti yang pernah kulihat sebelumnya.
Wajah orang-orang yang Si Tua tanamkan ke dalam ingatan dan mataku semenjak mereka kecil hingga sekarang.
Aku sama sekali tak asing. Memang tak setampan mereka. Aku sangat kurus dengan pipi tirus dan wajah bertulang pipi menonjol akibat kurang gizi, gigi kuning nyaris tak pernah dibersihkan.
Tapi mata biru yang sama. Tubuh dan perawakan yang sama.