Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 21: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

6 Januari 2023   13:19 Diperbarui: 6 Januari 2023   13:36 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

Hannah tak ragu-ragu lagi untuk menjalankan rencananya.

Sebenarnya itu bukan murni rencanaku. Tapi sebagian besar adalah permintaan terakhir Zeus Vagano.

Aku hanya kelanjutannya, seseorang yang mewarisi permintaan terakhirnya saat ia masih hidup.

Aku yang tahu sejarah keluarga ini sejak saat anak-anak kembar itu dilahirkan.

Sesuai permintaan sang ayah, aku sudah dengan baik membesarkan mereka semua seperti anak-anakku sendiri.

Sekarang tugasku sudah hampir selesai dan kinilah saatnya kita harus berpisah,  Ocean dan Sky.

Pada umur 23 tahun, kalian akan merayakan ulang tahun terakhir kalian!

Terakhir, sebab hari itu akan menjadi hari ke-ma-ti-an!

A ha ha ha ha ha ha!

Hannah tentu saja tak langsung menyerahkan pedang itu kepada seseorang yang akan menjadi eksekutornya. Wanita tua itu kembali berlindung di balik bayang-bayang kelam, menunggu hari yang ia nantikan dengan sabar selama 23 tahun...

 ***

Sementara Emily masih duduk menunggu dengan bingung dan gundah di lobi puri Vagano seorang diri. Penjaga yang tadi melapor sudah pergi lagi untuk menyusul Ocean dan Sky ke pemakaman. Ia harus memberitahukan kejadian ini!

Emily sebenarnya ingin kembali ke kamarnya dan mengunci diri lagi di sana. Tapi ia begitu takut. Ia takut akan diintip lagi oleh sesuatu atau seseorang yang waktu itu pasti telah berhasil memperoleh sesuatu. Memang bukan barang, atau bukan pencuri. Tapi mungkin citra tubuhnya.

Ia sering berimajinasi atau bermimpi entah buruk atau indah, tentang dirinya sedang bercinta. Seumur hidup belum pernah dilakukannya dengan siapapun. Ia begitu pemalu dan tak berani dengan pria. Ocean saja yang pertama kali mengecup dan memeluknya, bahkan malam itu mereka berpelukan berjam-jam tanpa berbuat apa-apa. Merasa dekat sekaligus jauh.

Mungkinkah yang datang ke kamarku waktu itu adalah sang pembunuh? Mengapa ia belum membunuhku sampai sekarang? Dan mengapa pedang terkutuk baru hilang setelah ada yang terbunuh dengan benda lain?

Berarti memang pedang itu dicuri untuk membunuh lagi. Seseorang yang lebih diincar daripada sekedar penjaga malam yang turun ke Lorong Bawah Tanah!

Rahasianya ada di Lorong Bawah Tanah!

Aku harus segera ke sana!

Emily merasa ini ide tergila dan ia sebetulnya sangat takut. Gelombang trauma berkali-kali menghantamnya bagai tsunami atau badai yang sewaktu musibah kapal pesiar telah memisahkannya untuk selamanya dari teman-teman liburannya.

Tapi saat Ocean dan Sky sedang tak ada di puri, hanya sekarang.

Bila mereka telah pulang, Emily takkan diizinkan, bahkan mungkin takkan punya kesempatan lagi.

Maka Emily berusaha untuk mengingat-ingat rute dari dapur yang ia gunakan untuk pergi ke Lorong Bawah Tanah saat menguntit Hannah.

Aku harus berani. Aku harus bisa!

Sementara itu, Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal:

Aku tak lagi dirantai dan dibelenggu. Sekarang aku bebas merdeka. Saat Si Tua tak ada di sini, aku yang jadi penguasa di tempat ini, di kandangku juga di sekitarnya!

Dunia atas memang belum kukuasai. Mereka yang ada di sana, target-targetku, orang-orang yang kubenci, akan segera menemukanku dengan mudah di siang hari begini.

Aku ingin sekali ke sana. Walau belum saatnya, kata Si Tua. Tapi aku ingin sekali melihat Emily lagi. Aku ingin kembali beruntung bisa menatapnya dalam keadaan polos.

Ah, membayangkan hal itu mengapa kelelakianku selalu terjaga. Aku benci sekali harus segera melampiaskannya begini saja. Aku ingin sekali langsung melakukannya.

Aku bukan hewan atau binatang, tapi aku juga masih punya naluri purba yang harus tersalurkan!

Dan akhirnya aku memberanikan diri keluar dari ruangan kurunganku. Semua terasa asing sekaligus familiar. Lorong-lorong batu yang berliku-liku.

Tapi dengan kekuatan baru yang kuperoleh lewat makanan yang lezat dan lukaku yang mulai pulih, kurasa aku sanggup untuk naik ke permukaan.

Aku bisa! Emily, aku datang... !

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun