Maka Emily berusaha untuk mengingat-ingat rute dari dapur yang ia gunakan untuk pergi ke Lorong Bawah Tanah saat menguntit Hannah.
Aku harus berani. Aku harus bisa!
Sementara itu, Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal:
Aku tak lagi dirantai dan dibelenggu. Sekarang aku bebas merdeka. Saat Si Tua tak ada di sini, aku yang jadi penguasa di tempat ini, di kandangku juga di sekitarnya!
Dunia atas memang belum kukuasai. Mereka yang ada di sana, target-targetku, orang-orang yang kubenci, akan segera menemukanku dengan mudah di siang hari begini.
Aku ingin sekali ke sana. Walau belum saatnya, kata Si Tua. Tapi aku ingin sekali melihat Emily lagi. Aku ingin kembali beruntung bisa menatapnya dalam keadaan polos.
Ah, membayangkan hal itu mengapa kelelakianku selalu terjaga. Aku benci sekali harus segera melampiaskannya begini saja. Aku ingin sekali langsung melakukannya.
Aku bukan hewan atau binatang, tapi aku juga masih punya naluri purba yang harus tersalurkan!
Dan akhirnya aku memberanikan diri keluar dari ruangan kurunganku. Semua terasa asing sekaligus familiar. Lorong-lorong batu yang berliku-liku.
Tapi dengan kekuatan baru yang kuperoleh lewat makanan yang lezat dan lukaku yang mulai pulih, kurasa aku sanggup untuk naik ke permukaan.
Aku bisa! Emily, aku datang... !