Pagi-pagi buta saat fajar belum juga merekah di ufuk timur, jenazah penjaga lorong bawah tanah yang terbunuh secara misterius - setidaknya bagi Ocean dan Sky dan seisi puri Vagano- dimakamkan di pemakaman dekat hutan. Pemakaman yang sama dimana ada juga makam Zeus Vagano dan istrinya, ayah dan ibu dari kedua kembar tampan.
Ocean dan Sky sangat jarang menziarahi makam kedua orangtua mereka. Tapi entah mengapa, pagi itu setelah selesai menguburkan jenazah si penjaga, keduanya tertarik untuk pergi ke sana.
Makam yang berdampingan itu tampak dingin dengan nisam pualam hitam yang mulai kusam berlumut dan termakan usia, semakin nyata saat matahari perlahan muncul menyinari tanah yang berumput tebal di sekitarnya.
Begitu hijau, kecuali sesuatu di sisi kedua makam tua itu.
Ada sebuah lubang lama di sana. Lubang yang dipersiapkan sebesar peti jenazah namun belum juga digunakan, dan sudah hampir tertimbun lagi atau tertutup rumput liar. Tapi jelas sekali, itu memang sengaja digali. Entah sudah lama ada sejak kedua makam itu ada ataukah lebih baru, tak begitu jelas.
Oleh siapa, dan mengapa? Ocean bergidik ngeri. Aku tak pernah memerintahkan anak buahku untuk menggali apapun. Di pulau ini semua tindakan harus melalui izin keluargaku.
Sebaiknya aku segera menyelidiki hal ini.
Sementara itu,
(Point-of-view seseorang tak dikenal:)
Pagi ini akhirnya Si Tua membebaskan bekapan mulutku dan memberiku makan lagi, kali ini jauh lebih mewah dan lebih enak, makanan segar dan hangat yang baru dimasak. Aku sungguh heran, tapi ia hanya tersenyum sambil melihatku makan dengan lahap, mungkin juga dengan rakus, sebab seumur hidup aku belum pernah diberi jamuan sesedap ini!
"Makanlah yang banyak! Minumlah susu segar dan jus buah ini!" malah dibebaskannya juga belenggu-belengguku dan diizinkannya aku makan minum sendiri sebanyak yang aku mau.
Sambil menyeringai menikmati kerakusanku yang seperti hewan peliharaan yang baru dilepaskan dari kurungan, Si Tua berkata lagi,
"Kau harus tetap hidup, tetap sehat dan kuat dan juga siap untuk Hari Penghakiman yang akan segera tiba! Hanya sebentar lagi, tak lama lagi! Pembalasanku pada Zeus Vagano akan segera kau laksanakan dengan hadiah kebebasanmu untuk selama-lamanya!"
Ocean, Sky, ya... kalian berdua tujuan utamaku! Aku masih sangat ingat. Juga aku teringat pada Emily. Mengingat setiap momen Ocean mencium bibir Emily saja aku sudah sangat terbakar, inikah yang dinamakan cemburu?
Aku tak mencintai Emily, tapi aku sangat terobsesi padanya!
Bila saja malam ini aku bisa kembali ke atas sana, akan kulakukan semua yang kumau sesuka hatiku, karena aku sudah tak takut lagi sekarang!
Ia adalah tujuanku juga sekarang.
Setelah Si Tua pergi, meninggalkanku dengan bekal makanan dan minuman yang cukup untuk berhari-hari, aku pun berpesta.
Bukan hanya dengan makanan dan minuman yang bagiku melebihi kenikmatan seumur hidup ini! Tapi juga karena tanganku sudah bebas, aku bisa melakukan 'hal itu' lagi.
Sambil membayangkan Emily, berimajinasi liar menelusuri tubuhnya dengan mata dan tanganku yang kasar dan penuh luka ini. Mencium bibir mungilnya seperti yang Ocean lakukan, lalu melampiaskan nafsu terkutukku sepuasnya pada tubuh mungil nan molek, yang ingin kucabik habis-habisan bagaikan bunga mawar pink yang terberai! Lalu kuperawani sebuasnya, sepuas-puasnya sebelum Ocean sempat memilikinya. Ha ha ha ha ha!
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H