Namun kata-kata Hannah itu tak digubris oleh Ocean. Dengan berani ia tetap turun menuju salah satu pintu ke Lorong Bawah Tanah bersama beberapa anak buahnya.
Melewati Hannah yang masih tampak begitu marah sekaligus ketakutan.
Tapi begitu ia melihat ke arah yang Ocean tuju, ia sedikit lega, malah tersenyum kecil.
Beberapa pria yang mengikuti pemuda itu bersama-sama menuruni anak tangga curam dan licin, mirip seperti yang Emily lalui malam itu saat membuntuti Hannah.
"Huh, aku tak bisa membuka pintu ini." Ocean berusaha mendorong pintu besi tua berat yang ia belum pernah coba buka seumur hidupnya.
"Ini tak ada kuncinya?" tanyanya kepada orang-orang yang bersamanya.
Mereka sama-sama menggeleng. "Selama kami bekerja pada ayah Anda, Archduke Zeus Vagano, dari beberapa puluh tahun silam, sebagian besar dari kami belum pernah sama sekali turun ke tempat ini. Penjaga yang waktu itu menemukan Nona Emily mungkin tahu jalannya, tapi sayang sekali ia sudah 'berhenti bekerja' beberapa hari yang lalu. Mungkin ikut pulang bersama kapal suplai logistik yang terakhir singgah." jawab seorang pegawai senior.
"Mungkin memang kita semua tak harus turun ke bawah sana hari ini. Semoga saja takkan terjadi apa-apa lagi hari ini dan seterusnya."
Rombongan itu segera kembali ke atas. Hannah tersenyum lebar, tentunya tanpa sepengetahuan siapa-siapa.
Belum saatnya, Ocean. Waktumu akan segera datang. Kau dan adikmu tinggal menghitung hari saja.