Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 14: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

2 Januari 2023   14:48 Diperbarui: 3 Januari 2023   09:05 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ocean sebenarnya masih agak ragu menerima seorang gadis di kamarnya, namun karena Emily tampak begitu ketakutan dan juga tak tampak seperti sedang berpura-pura, diizinkannya pula Emily masuk ke kamar tidurnya yang besar.

Emily sebenarnya masih sangat sungkan, malu dan juga tak tahu mengapa ia seberani ini masuk ke kamar seorang pemuda. Ini untuk pertama kalinya dan juga bukan dengan maksud apa-apa.

Kamar Ocean mungkin berukuran dua atau tiga kali lipat lebih besar daripada kamar tamu yang diinapi Emily, dengan ranjang empuk bertirai transparan ala kerajaan berukutan sangat besar. Mungkin bukan lagi ukuran king tapi overlord! Interior kamarnya mewah klasik modern, serba biru kelam perpaduan warna samudra dan malam, dengan beberapa lampu kuning temaram di sisi ranjang.

Emily tak pernah tahu apakah Ocean pernah memiliki pacar sebelumnya, entah di kota atau di mana saja. Tapi sepertinya 'sih belum.

"Maaf sekali kalau aku mengganggumu, aku tidur di sofa saja, dan hanya untuk malam ini saja, kok." mohon Emily malu-malu.

Ocean diam saja pada awalnya, duduk di tepi ranjang seakan berpikir keras. Tiba-tiba ia tertawa lepas.

"Aku takkan setega itu pada wanita! Kau boleh tidur di ranjangku dan aku yang tidur di sofa! Dan aku juga berjanji takkan mengganggumu malam ini." ia tersenyum lagi, membuat Emily deg-degan. Sepertinya Ocean 'sih bukan tipe playboy, walaupun ia begitu tampan dan memiliki banyak harta warisan..

Uhh, Emily seperti tersadar bila ia hanya mengenakan bath robe dan tidak seberapa cukup untuk menutup tubuhnya saat tidur.

"Kau boleh mengenakan kimono tidurku, ada yang tak terlalu besar. Ambil dan pilih saja di lemariku." Ocean menunjukkan Emily lemari besar hampir sebesar ruangan di salah satu sisi dinding.

Emily mengambil satu, sempat melirik koleksi busana pemuda bangsawan itu, semuanya tertata rapi dan wangi sekali. Pemuda yang begitu rapi dan perfeksionis. Emily sedikit takut pada tipe cowok begini, tapi ia tak bisa memungkiri bahwa ia menyukainya.

"Sekarang kita tidur dulu, nanti pagi bila kau bisa jangan sampai Sky tahu kita semalaman berdua di sini, nanti dia iri!" Ocean tertawa lagi.

"Te, te, terima kasih ya Ocean." Emily tersipu-sipu setiap kali melihat tawa, senyum dan bibir Ocean yang waktu itu sempat mengecupnya.

"Sama-sama. Aku suka malam ini bisa berdua denganmu di sini, walaupun bukan berkencan ya." Ocean sekali lagi duduk di ranjang, di dekat Emily yang sudah masuk ke dalam selimut.

"Kau sudah mengantuk? Yuk kita tidur. Maaf ya, kau pasti lelah sekali hari ini dan bila kita mengobrol tentu kau akan bertambah mengantuk." Ocean tiba-tiba mendekat.

Dikecupnya selintas pipi Emily. "Selamat malam."

"Se, se, selamat malam juga." Emily terkejut, sedikit merasa senang sekaligus agak kecewa karena cuma ciuman di pipi saja.

Keduanya spontan merona,  masing-masing berusaha keras untuk tak berlanjut menjadi perbuatan macam-macam.

"Ya, kita istirahat yuk. Selamat malam, masih ada hari esok bukan?" Ocean mengedipkan sebelah mata.

Ocean segera bangkit untuk berbaring di sofa yang juga super besar dan panjang seperti ranjang kedua di kamar itu, sementara Emily mengubur dirinya sendiri di balik selimut. Wangi dan lembut tubuh Ocean seperti melekat di seprai super nyaman, dan Emily merasa seperti dipeluk langsung oleh pemuda tampan itu. Dengan cepat ia jatuh tertidur bagai terhisap ke dalam lubang hitam yang dalam tanpa dasar.

Sementara Ocean masih merenung. "Bagaimana ya? Aku tak tahu caranya, Em. Aku ingin sekali kita bisa lebih dari sekedar teman, karena sejak malam itu, aku merasa kita sudah lebih dekat. Bahkan aku sudah mencium bibirmu." ia diam-diam bermonolog walau hanya berbisik, takut Emily bisa mendengarkan.

AAAARGH!

Suara apa itu? Ocean tersentak, terduduk seketika.

Dan begitu pula Emily yang mungkin lebih dahulu menyerbu tubuhnya dan mendarat mulus di atas dadanya yang lapang.

"Ocean... suara itu! Suara itu lagi!" gadis itu terjaga dengan begitu ketakutan. "Aku sudah pernah mendengarnya pada malam pertama aku tiba di sini!"

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun