Hannah tak boleh tahu! Selesai semua itu, buru-buru kubersihkan semua dengan sisa air minumku.
Mungkin setelah kakiku sembuh, aku akan datang lagi, Emily! Perasaanku kepadamu kini bukan hanya tertarik. Mungkin cinta. Mungkin nafsu.
Hhhh.... Hhhhh.... Hhhh....
***
Sementara itu Emily yang tak bisa tidur, berlari ke kamar Sky dan Ocean yang berdampingan di ujung lorong di lantai tiga. Ia pertama-tama membunyikan gagang ketukan pintu logam berbentuk tapal kuda di pintu kamar Sky. Namun sepertinya pemuda berambut pendek itu sudah tertidur. Ditempelkannya daun telinga ke pintu kamar yang besar dan berat, sayup-sayup terdengar suara dengkuran. Akhirnya dengan deg-degan ia mengetuk kamar Ocean.
"Ada apa.. oh, Emily?" Ocean membukakan, dalam kimono tidurnya yang setengah terbuka di bagian atas.
"Kok kau hanya mengenakan bath robe?" pemuda tampan itu tercengang, namun matanya juga tertumbuk pada belahan ketapel mini yang ada di dada gadis itu.
Belum lagi saat gadis itu memeluknya lega."Ocean, aku takut. Ada sesuatu." Emily yang tadinya tak ingin mengadukan masalahnya, ternyata kelepasan juga. Ocean mendekapnya, hangat.
"Ada apa 'sih? Kau seperti ketakutan sekali dan wajahmu begitu pucat."
Emily tak langsung menjawab, sadar ia tak mau kelepasan lebih banyak dan membuat Ocean khawatir, ia mengubah jawaban. "Hanya mimpi buruk setelah aku mandi lalu jatuh tertidur, sehingga aku belum sempat berpakaian lagi."
"Masuk ke kamarku saja?" undang pemuda itu. "Ayo, cepat."