Kata-kata baik jika datang dari hati yang baik, terterakan (dikomunikasikan) dalam sebentuk literatur lalu dibaca dengan baik, akan mendapatkan akibat dan hasil yang baik pula.
Apakah kata-kata yang baik itu?
Kata-kata yang baik di sini bukan berarti selalu bernilai positif, luar biasa indah dan unik. Kata-kata yang baik bukan berarti harus sudah sempurna luar biasa atau nyastra.
Bulatkan tekad untuk berkata-kata baik!
Kata-kata baik adalah semua yang kita pilih dan pilah terlebih dahulu dalam hati sebelum kita komunikasikan. Kita sortir. Kita pikirkan. Apakah sulit? Berikut cara 'membulatkan' kata.
1. Dalam literatur apapun, fiksi maupun non fiksi, kita sebagai penulis pasti menggunakan kata-kata. Ada kala kita terbentur pada dua atau lebih pilihan kata. Sebelum diterakan, coba pikirkan dulu, apakah kata itu ingin kita umumkan kepada dunia? Tidak yakin? Coba tuliskan di kertas atau ketikkan di layar. Baca keras-keras jika perlu. Apakah enak didengar?
Jangan kita bimbang lalu cap cip cup kembang kuncup alias main ambil yang mana saja secara random atau acak.
Seorang penulis lama kelamaan akan mengembangkan dan memiliki sense of words, suka tak suka, ia akan mendapatkannya seiring perjalanan menulis.
Gunakanlah sense of words itu baik-baik. Tidak sulit, kok. Saringan pertama adalah diri kita sendiri. Apakah kita secara pribadi sudah menyukai, sudah mengena dan mantap di hati?
2. Kata-kata yang baik tidak harus berasal dari kamus, materi kelas menulis, peniruan cara bertutur para penulis femes atau sinonim-sinonim yang biasa digunakan. Jangan hanya asal comot atau ikut-ikutan.
Bagaimana kita tahu kata-kata kita sudah cukup baik? Kata-kata itu hendaknya datang dari hati kita sendiri. We mean it. Artinya kita benar-benar menghayati dan memaksudkannya.
Terapkan dalam kalimat dan baca ulang. Jangan malas atau hanya kejar kata lalu memanjang-manjangkan.
Sekadar opini yang sering kuulangi. Hindarilah kata-kata kurang elok yang biasanya digunakan hanya sebagai clickbait, pemancing, pemikat calon pembaca namun sesungguhnya kurang elegan bahkan kurang santun untuk diucapkan. Tak perlu dicontohkan, bukan?
3. Sebelum diluncurkan, sempatkan periksa ulang. Apa ada kata yang mungkin lebih baik atau tepat? Misalnya kata 'melihat', umum sekali, bukan? Sebuah usul saja, barangkali ada kata yang lebih khusus atau spesifik yang lebih memberi efek bagi pembaca. Contohnya memandang, menengadah, mengintip, melirik dan lain sebagainya.
Bulatkan tekad kita di awal 2023 ini untuk mulai menggunakan kata-kata layak tera dan layak baca. Bagai mutiara bersinar, kata-kata kita sesungguhnya sangat berharga. Jangan sia-siakan kesempatan untuk memulai tahun dengan tebar kebaikan lewat kata-kata.
Satu lagi himbauan. Jangan hanya mau laku, mari belajar untuk segan dan tahu rasa malu. Malu untuk melakukan ATM, plagiasi dan pornliterasi. Hargailah hak cipta dan literasi yang asli murni.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H