Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Menulis Wajib Pakai Hati, Logika, dan Etika? Cari Tahu Jawabannya di Sini!

8 Desember 2022   07:32 Diperbarui: 8 Desember 2022   07:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis barangkali dianggap banyak orang 'sama saja' dengan berbicara. Apa yang bisa diucapkan, dikatakan, intinya semua kata dalam kamus, adalah bahasa yang dikenal sekelompok manusia bernama bangsa.

Namanya juga metode komunikasi. Rasanya 'sih sah-sah saja digunakan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja.

Akan tetapi apakah dengan stereotype itu, menulis juga bisa semaunya dan seenaknya?

Jika kita berbicara (lisan) dengan pasangan, keluarga, teman akrab, sahabat, dalam lingkup kecil, barangkali masih tak apa-apa bercanda atau mengucapkan hal-hal yang bisa dianggap biasa saja. Namanya juga bergaul, akrab, saling goda, kadang nyeleneh ya tak masalah.

Sayangnya banyak kita tak tahu atau mungkin tahu namun kurang peduli pada perbedaan mendasar antara menulis dengan berbicara.

Berbicara hanya akan didengarkan sekelompok orang, kecuali jika direkam atau difilmkan. Menulis akan diterakan pada kertas atau layar elektronik. Siapa saja kapan saja bisa membacanya, bahkan jika penulisnya sudah tiada.

Berbicara hanya ditujukan kepada pendengar. Tulisan tidak akan pernah bisa hanya ditujukan kepada target pembaca saja. Siapa saja termasuk anak-anak di bawah umur bisa membaca tulisan kita.

Berbicara bisa diralat dengan segera, misalnya jika kita salah ucap kepada seorang teman, kita bisa dengan tulus minta maaf secara pribadi. Tulisan jika sudah dipublikasikan secara luas maka akan sangat sulit untuk diralat. Ibarat kata pepatah, ludah yang sudah dilepehkan tak dapat dijilat kembali.

Berbicara kadang asal sebut saja/asal nyeletuk/asal ceplos, menulis tidak bisa seperti itu. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, antara lain hati, logika, dan etika.

Mengapa hati, logika, dan etika itu penting?

Sebagai manusia, kita tidak hidup seorang diri. Pembaca kita adalah sesama manusia dengan beragam latar belakang, usia, gender, serta pemikiran. Namun semua tentu memiliki logika serta keinginan untuk membaca demi sesuatu.

Untuk apa kita membaca, jika tidak ingin tahu apa yang ditulis?

Logika di sini artinya secara bebas, hal yang sudah pasti ada secara alami atau batas (kemampuan) yang tak mampu diubah (manusia) dalam kenyataan.

Kadang memang penulis (semisal fiksi genre fantasi) 'melanggar' logika, itu masih diperbolehkan selama 'hanya untuk hiburan/imajinasi belaka'.

Akan tetapi hendaknya apa yang sudah ada secara alamiah tak begitu mudah 'diubah', apalagi jika penulis bermaksud 'meyakinkan' pembaca akan sesuatu.

Etika itu penting karena sebagai penulis kita wajib menghormati serta memberikan pembaca kita sajian kata terbaik. Tak peduli apakah fiksi maupun non fiksi, pilah dan pilih kata-kata yang elegan untuk diabadikan.

Terakan kata dengan hati-hati, sebab kita semua punya hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun