Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Laris Dibaca Belum Tentu Layak Baca, Mengapa?

14 November 2022   06:41 Diperbarui: 14 November 2022   06:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel online dan segala jenis fiksi instan lainnya yang laris dibaca, laku, dibaca jutaan kali, viral bin clickbait belum tentu layak baca, lho. Mengapa?

"Bukankah yang ditawarkan seringkali adalah yang terbaik?"

"Bukankah yang ada di halaman depan sudah pasti paling recommended?"

Jawabannya, belum tentu.

Berikut ini beberapa 'rahasia umum' atau jawabannya berdasarkan pengalaman pribadi.

1. Kisah-kisah yang ada di halaman utama atau beranda mungkin 'unggulan', namun the truth is, tidak semuanya bagus dan layak baca. Beberapa adalah hasil promosi dari editor atau atas permintaan penulis kepada editor.

2. Kadang judul pemancing klik atau memiliki kata-kata 'panas' yang kira-kira jika ada di depan akan memancing lebih banyak calon pembaca yang akan lebih banyak dipromosikan atau dinaikkan. Taktik bisnis, tentu saja. Tanpa sadar, pembaca digiring dan akan ikut-ikutan membaca.

3. Banyak sekali karya tulis yang jarang dipromosikan atau belum banyak direkomendasikan malah in fact jauh lebih baik atau layak baca!

Baca juga: Inilah

Jadi, bagaimana cara kita tahu karya itu layak baca?

1 . Menggunakan kata-kata yang natural, mengalir, dan tentunya tidak asal-asalan. Bukan cuma sekadar banyak, menghalu atau mengkhayal.

2. Karya-karya penulis itu selama ini baik dalam bentuk fiksi, non fiksi, maya dan nyata diterakan secara hati-hati, dengan sepenuh hati. 

3. Dan tentunya berhasil membetik sesuatu dalam benak kita, memberi manfaat dan edukasi positif, membawa perubahan.

Jadi, sudahkah karya kita atau penulis kesukaan kita benar-benar layak baca?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun