Novel online dan segala jenis fiksi instan lainnya yang laris dibaca, laku, dibaca jutaan kali, viral bin clickbait belum tentu layak baca, lho. Mengapa?
"Bukankah yang ditawarkan seringkali adalah yang terbaik?"
"Bukankah yang ada di halaman depan sudah pasti paling recommended?"
Jawabannya, belum tentu.
Berikut ini beberapa 'rahasia umum' atau jawabannya berdasarkan pengalaman pribadi.
1. Kisah-kisah yang ada di halaman utama atau beranda mungkin 'unggulan', namun the truth is, tidak semuanya bagus dan layak baca. Beberapa adalah hasil promosi dari editor atau atas permintaan penulis kepada editor.
2. Kadang judul pemancing klik atau memiliki kata-kata 'panas' yang kira-kira jika ada di depan akan memancing lebih banyak calon pembaca yang akan lebih banyak dipromosikan atau dinaikkan. Taktik bisnis, tentu saja. Tanpa sadar, pembaca digiring dan akan ikut-ikutan membaca.
3. Banyak sekali karya tulis yang jarang dipromosikan atau belum banyak direkomendasikan malah in fact jauh lebih baik atau layak baca!
Jadi, bagaimana cara kita tahu karya itu layak baca?
1 . Menggunakan kata-kata yang natural, mengalir, dan tentunya tidak asal-asalan. Bukan cuma sekadar banyak, menghalu atau mengkhayal.
2. Karya-karya penulis itu selama ini baik dalam bentuk fiksi, non fiksi, maya dan nyata diterakan secara hati-hati, dengan sepenuh hati.Â
3. Dan tentunya berhasil membetik sesuatu dalam benak kita, memberi manfaat dan edukasi positif, membawa perubahan.
Jadi, sudahkah karya kita atau penulis kesukaan kita benar-benar layak baca?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H