"Takut aku apa-apain yaaa..." Rey lagi-lagi menggoda Joy.
"Uhh, bukan itu ah !! Tapi kalau kita terjerumus dalam bahaya. Untung tadi cuma rawa-rawa berlumpur, kalau lumpur hisap, gimana ??"
"Iya ya. Ya udah, yuk kita cari tempat bermalam. Di dekat sini ada gua batu. Aku bawa korek api, untung tidak basah. Ada perlengkapan masak darurat juga. Untung ranselku hampir seperti kantong Emodoran si kucing robot masa depan . ^_^" Rey membimbing istrinya ke tempat yang ia sebutkan.
"Aku cuma bawa cokelat batangan, bisa untuk kita ngemil." Joy yang dulu pernah ikut jadi kandidat anggota klub pecinta alam SMU walau tak sampai lulus sudah keluar gegara malas melanjutkan pelatihan, selalu membawa cokelat di ranselnya.
"Cokelat yang paling enak itu yang dioles, bukan yang digigit." Rey sepertinya tak bosan-bosannya menggoda Joy yang memang sangat menggoda.
"Iya, ada nih. Chiko-chiko, jajanan anak SD." Joy mengeluarkan dua pak cokelat oles berbentuk stik itu.
"Nanti malam saja buat dessert." Rey tersenyum agak mencurigakan. " Ide yang menarik kalau makannya dengan cara yang tak biasa."
Tiba di gua itu, mereka disambut hujan deras tak lama setelah masuk ke dalamnya. "Syukurlah sudah sampai." Joy yang malas basah-basahan lagi buru-buru duduk di dasar gua yang kering.
Gua batu itu tidak begitu luas dan besar, cuma seluas kamar tidur di rumah pada umumnya, dan bagian dalamnya cukup bersih. Jadi lumayan untuk tempat persinggahan.
"Aku bawa matras. Jadi kita bisa duduk-duduk." Rey menggelar matrasnya di dasar gua. "Duduk berdempetan saja biar kau tak kedinginan."
"Uhh, berdempetan denganmu pakai handuk begini membuatku teringat kelas seni lukis anatomi manusia di FSRD dulu."