Malam itu, Rey membawakan kejutan lagi untuk Joy. Sebuah 'peti harta karun' yang besar sekali, ia letakkan di dalam pondok cinta mereka.
"Kamu nemu harta karun? Ini harta bajak lautkah?" polos Joy, tapi ia sebenarnya agak 'tahu' itu apa. Tadi siang sudah ada bocoran dari sang pangeran imut.
"Pesta Piyama, dan ini prop-nya." Rey menyeringai nakal. "Impianmu sejak kecil kan, tapi yang ini plus plus dan ada aku.."
"Rey juga ikutan?"
"Aku mah tetap jadi pangeran saja, atau kau mau aku jadi incubus?" seringai Rey tambah lebar, mata sipitnya berkilauan.
"Idih, seksi tapi serem. Aku lebih suka kau yang innocent."
"Tapi liar di ranjang. Joy has unleashed the beast within me." Rey pura-pura menerkam istrinya.
"Eh, jangan buru-buru ah, enggak lucu." Joy meleletkan lidah, menghindar, bersembunyi di balik peti.
"Yuk buruan kita buka, penasaran."
"Kuncinya ada di balik celanaku." goda Rey. "Ambilkan? Takut ya?"
"Uuuh, enggak lucu." Joy sejenak menatap ke arah situ, kelihatan ada sesuatu yang menonjol, uh, apa yah, Joy langsung tersipu-sipu. "Jangan dulu ah, to-the-point enggak seru sama sekali." Joy menolak keluar dari balik peti yang hampir sebesar kulkas itu.
"Ya sudah." gerak Rey, yang hanya mengenakan celana trunks selutut, diselipkannya tangan ke atas pangkal pahanya, lalu tadaa.. muncul sebuah kunci. "Yang menonjol itu ini lho.. " ledeknya senang, berhasil membuat Joy jengah lagi.
"Bukalah.."
OMG - Joy lagi-lagi merona, mudah betul mukanya memerah seperti udang rebus, tomat ataupun cabe!
Isinya segala macam lingerie seksi dari yang nyaris tembus pandang menerawang sampai yang terbuka, yang berenda-renda sampai yang berlubang di bagian tertentu. Warnanya dari pink, salem, magenta, merah, putih sampai hitam. Ada juga seragam-seragaman, dari kostum perawat, anak sekolah, sampai ibu guru. Yang sedikit nyeleneh, tentunya.
"Liar banget sih fantasi Rey. Malu ah, nanti apa kata orang," Joy sebetulnya segan, tapi tergelitik juga untuk mencobanya.
"Sama suami sendiri kok malu-malu kucing." Rey tergelak, tertawa dengan suara paling menggemaskan. "Bodoh amat apa kata orang. Kan aku aja yang boleh lihat kamu."
"Uhh, jadi teringat buku-buku seni di perpus kampus," Joy bernostalgia sedikit, saat pertama kali di umur paling-paling 17 atau 18 tahun saat masih polos banget sebagai freshwoman (bukan man ya. Mahasiswi baru.) Pertama kali boleh pinjam buku di perpustakaan FSRD, ketemu buku impor super tebal dan bersampul hard cover ala Ensiklopedi. Tapi isinya bukan pengetahuan umum biasa, melainkan segala pose nyeleneh dari model-model di studio, di atas ranjang, di kolam renang, dimana sebagian besar tanpa busana lengkap. Anehnya, walau bisa dibilang itu tak senonoh, kontroversial atau tak memenuhi aspek-aspek kesusilaan, pose-pose itu sangat artistik, profesional, memanja mata. Erotis, magis, tapi sama sekali tidak cheesy atau murahan. Dengan teknik pencahayaan dan filter yang luar biasa hingga menghasilkan foto yang nyaris bagai lukisan. Sangat banyak pose yang pasti sukses membakar birahi. Gadis berdada besar, pasangan yang sedang bercinta di tengah sorotan lampu studio, hingga model yang tergolek pasrah di ranjang tanpa sehelai benangpun.
"Pantas banyak cowok yang mau masuk FSRD," Joy juga jadi ketagihan. Tapi membaca buku-buku demikian membuatnya malu. Jadi ia selalu ngumpet di bilik-bilik bersekat dan tak pernah 'membaca' bareng teman-teman kuliahnya.
Kembali ke masa kini.
"Ayo, cepat Sayang, pakai satu yang mana saja." Rey juga pura-pura jadi host 'pesta piyama' ala pengantin baru mereka.
"Uhh," acak, Joy meraih satu. Ternyata sebuah kostum bustier putih yang sangat mewah, ketat menutup pinggul dan perut, penuh lace, tapi open bust. "Astaga. Berbahaya banget ini..." celetuknya.
"Oh yeah, super sexy." Mata sipit Rey berkilauan dalam remang. "Pakai sekarang juga, mendadak aku jadi haus."
"Oh no." Joy mendadak gemas.
"Tunggu dulu! " keduanya menoleh ke arahmu, seakan tahu kisahnya sedang dituliskan dan ada yang baca.
Selanjutnya tentu saja mereka buru-buru menarik dan menutup rapi-rapi tirai pondok yang masih terbuka. Dan di dalam, kini hanya tampak siluet hitam sepasang pengantin baru yang kini asyik 'berpesta piyama' nan paling gerah, paling panas, paling bergairah yang baru pertama kali sepanjang perjalanan cinta mereka.
Keesokan harinya.
"Uhh, hutan ini dari jauh sepertinya kecil, padahal luas juga ya." keluh Joy.
"Rimbun, permai dan asri ya. Seperti di film-film hutan hujan ala Natzional Zeographic Channel."Â Rey asyik jeprat-jepret mengambil foto dengan kamera saku canggih andalannya.
Keduanya sedang menjelajah hutan Pulau Cinta, dimana ada juga danau berair terjun yang kemarin sudah mereka coba. Pohon-pohonnya tinggi besar, berbatang gemuk dan berdaun hijau rimbun. Tanah berumput dan berbukit-bukit.
Tentu saja Joy dan Rey yang memakai sepasang 'seragam penjelajah couple-an' tak luput dari hinggapan nyamuk-nyamuk genit yang suka aroma tubuh penuh hormon cinta mereka, apalagi mereka belum mandi. Bolak-balik, mereka saling menepuk sambil sesekali jahil dengan mesranya.
"Aku dulu suka hiking. Naik gunung kecil rame-rame pecinta alam waktu SMU. Sekarang udah gak terbiasa," aku Joy, walau ia juga suka dengan alam liar dan selalu penasaran dengan aneka bunga dan jamur serta hewan kecil yang dijumpai.
"Hey, Rey, coba lihat itu, ada bunga langka, bagus banget, fotoin aku dong.." Joy menepuk bahu Rey sambil menunjuk ke suatu arah.
"Mana, mana, ayo." Rey yang sangat senang Joy mendukung hobinya itu buru-buru mengarahkan lensa.
"Ehhh.. tu, tunggu !!!" tanpa mereka sadari, mereka tak sengaja menginjak batu besar berlumut dan berduaan tercebur ke dalam sebuah rawa-rawa kecil berlumpur.
"Aih aih... maaf Rey," keduanya kini basah kuyup terkena 'coklat alam', Rey bersyukur kameranya anti air, dan mereka malah tertawa-tawa berdua, "Gapapa, sekarang dijamin gak ada nyamuk yang mau hinggapin kita," Rey memeluk mesra Joy yang basah kuyup seperti manusia coklat.
"Tapi, kita mesti mandi.." keluh Joy, "Lengket, ga betah, memangnya lulur coklat.."
"Yuk, bareng mandi saja di danau yang waktu itu, sambil cuci baju." Rey mengedipkan mata sipitnya, tentu saja dengan suara bas rendah yang paling bikin Joy gemas.
"Aku sudah tahu, kita saling membersihkan lagi," Joy kesal banget, tapi ia diam-diam senang juga "memandikan bayi besar" yang innocent itu. "Asal jangan curang, maunya aku melulu yang 'manjain' kamu."
Keduanya berkejaran ke arah danau yang sudah tak terlalu jauh lagi dari rawa-rawa tadi, melepaskan pakaian kotor mereka, lalu buru-buru menceburkan diri ke air jernih dingin yang sudah menunggu mereka. Joy pura-pura lari dalam air, tak mau berdekatan dengan Rey, sementara Rey dengan liarnya mencoba menangkap pengantinnya.
"Uhh, awas kamu." Joy kesal sekali, tapi pelukan Rey dari belakang selalu berhasil menenggelamkannya dalam sensasi memabukkan, perpaduan antara cinta, gemas dan sembilu pedih intimasi nan memabukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H