Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

(18+) Honey to the Moon (4): Setelah Cahaya

26 Januari 2021   10:26 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:54 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi karya @wiselovehope

Belum lagi saat Rey mengarahkan tangan-tangan Joy yang lembut dan pemalu itu, si tomboy yang saat virgin begitu takut dan tak nyaman pada sembarang laki-laki, namun berubah gemas dalam rasa penasarannya. Rey mengajaknya ke situ, ke bagian terlembut sekaligus terkeras dari tubuh seorang pria. "Ini, lihatlah, cobalah, bagaimana rasanya?" bisik Rey rendah, sambil mengeluarkan suara bas yang betul-betul merdu di telinga Joy, desahan penuh kenikmatan. "Come on. Tak usah malu-malu."

"Rey, ah, sungguhkah kau suamiku sekarang? ini bukan mimpi rupanya. Uh, sebal sebal sebal. Gregetan." Joy jatuh lagi ke dalam keindahan magis sang pangerannya. Hingga pagi menjelang, kantuk seperti hilang. Dan sudah entah berapa kali.

-Afterglow.-

Keduanya bangun sudah siang saat mentari sudah tinggi, Rey duluan, mengenakan kimono tidurnya lalu keluar dari 'pondok cinta'. Joy sepertinya masih terbuai mimpi. Di pulau yang sepi ini, waktu seakan berhenti. Rey menyiapkan sarapan dan mengantarkannya ke pondok.

"Baby Wify, kamu sudah bangun?" Rey menyapa mesra. Oh, ternyata belum.

Rey pun duduk di peraduan, dengan penuh perasaan dibelai rambut bob merah acak-acakan Joy. Hmm, tubuhnya. Ranum, segar, tak terduga betul ada tomboy yang sebenarnya begitu indah bagai mawar merekah. Cowok-cowok jaman sekolah yang dulu mungkin 'menolak' atau mengata-ngatai Joy sungguh teramat sangat bodoh sekali. Cewek tomboy ber-t-shirt gombrong dan bercelana panjang sebetulnya banyak yang ternyata bertubuh montok dan seksi, apalagi Rey beruntung memperoleh cinta satu tomboy terseksi. 

Uh, tak masalah ia bukan Berbi, malah gak ada Berbi begini berisi. Kalau saja bisa disandingkan, mungkin Joy tak kalah seksi dengan patung-patung jadul tapi nakal Dewi-Dewi Mitologi Yunani. - batin Rey nakal.

Tapi bukan hanya suka dan cinta tubuh Joy. Yang Rey suka, sungguh,  semuanya, satu paket lengkap, keseluruhannya Joy. Begitu natural, jujur, apa adanya. Galak kasarnya Joy, aura maskulinnya Joy, malah kadang Rey merasa 'kalah' dalam hal berapi-api. Tapi justru itulah yang ia suka, tomboynya Joy seperti melengkapi sisi lembut dan tenang Rey, dimana tak selalu pria mesti lebih maskulin dan wanita tak selalu harus lebih feminin.

"Kau sudah bangun, Baby Hubby." Joy akhirnya membuka mata. Sadar Rey sudah tertutup kimono tidur yang rapi sementara ia masih berselimut tanpa apapun lagi pada kulitnya, pipi Joy lagi-lagi merona.

"Kubawakan sarapan kita, ayo makan. Hari ini dan seminggu atau sebulan ke depan, kita berdua tak punya kegiatan apa-apa. Makan, minum, terus, berbuat nakal.."

"Uhh, Rey." Joy pura-pura mengeluh. "Kerjaanku di kantor banyak sekali, deadline, tenggat semua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun