"Rey..."
"Ada apa? Sebelum kita buka pintu ini, adakah sesuatu yang ingin kau sampaikan, Joy?"
"Umm, anu, aku.." Joy menggigit bibir bawahnya. "Ingin kubuat pengakuan kecil sebelum kita melangkah lebih jauh."
Rey terperangah. "Hah, apa itu?"
"Sesuatu yang kulakukan sebelum kita bertemu."
Uh, Rey jadi deg-degan. Semoga bukan hal yang buruk.
"Dulu aku pernah datang ke rumahmu jauh sebelum kita merasakan ada sesuatu di antara kita berdua."
"Oh ya? Jangan-jangan.."
"Aku mengintipmu. Ingin tahu di mana rumahmu, jangan-jangan alamat palsu atau kau cowok fiktif atau penipu. Kulihat kau benar ada di sana, sebelumnya aku sempat diam-diam duduk di atas sepeda motormu lalu motor itu... Gedubrak. "
Pipi Rey tiba-tiba menggembung, menahan tawa yang hendak lepas. Tangannya yang bersarung putih bergerak menahan mulutnya yang hendak berkata, "Kukira.. A ha ha ha ha." Akhirnya ia tertawa lepas juga, hingga pipinya merona, matanya tenggelam nyaris terpejam sampai meneteskan air mata. "Oooh, pengakuan itu toh! Kukira apa."