Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru-guru, Mohon Dibaca: Positif Negatif PJJ dari Sudut Pandang yang Berbeda

15 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 15 Januari 2021   16:14 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan pribadi penulis: Kita tak bisa serta-merta menyalahkan orangtua kita (nenek-kakek) "mengapa sih mama/papa tak mau belajar mempergunakan gawai?" Dan tentunya tak bisa memaksa mereka juga. Karena tak semua orang merasa nyaman dan juga memilih untuk mengikuti perkembangan teknologi, terutama bagi mereka yang kurang bisa membaca atau lebih memilih segala sesuatu yang tradisional. Jadi, kami sebagai orangtua hanya bisa pasrah saja, ya, pak dan ibu guru, mohon maaf bila anak-anak kami absen zoom di pagi hari.

3. Adakah anak yang nilainya selalu bagus atau sempurna dibanding anak-anak lainnya? Bapak dan ibu guru dimohon jangan terlalu senang dulu, karena belum tentu karena anaknya cerdas, selalu ada kemungkinan untuk menyontek pelajaran dimana tentu Anda tak punya akses CCTV untuk memantau ulangan anak-anak di rumah. Jadi mungkin tidak, orangtuanya yang membuatkan? Hanya sekedar masukan, bukan sebuah tuduhan ;)

4. Anak-anak yang ditinggalkan / diberi gawai oleh orangtuanya bisa saja meninstal game online atau aplikasi lain yang tak berhubungan dengan pendidikan di gawai mereka. Dan yang lebih gawat lagi, bila mereka bisa menonton Youtube dengan bebas. Belum lagi bila mereka sampai mendapatkan akses ke video asusila dan hal-hal lainnya, sebab google tentu saja tak bisa memblokir segalanya.

5. Satu gawai tak mungkin cukup untuk anak yang lebih dari seorang, jadi daripada berebutan, lebih baik bersama-sama secara bergantian di malam hari. Maka jika pengumpulan agak terlambat, harap maklum ya, pak, bu guru.

Ingat, anak-anak masa kini lebih kritis dan melek teknologi dibandingkan kita generasi 90'an. Meninggalkan gawai sendirian bagi mereka, meski kita ada di rumah, adalah sebuah pertaruhan.

Kiranya sampai di sini bapak dan ibu guru, para pemerhati pendidikan, kepala-kepala sekolah, bisa dapat sedikit saja masukan sedikit berbumbu pedas (atau malah enak?) dari orangtua yang sedikit kepo seperti saya, dan apabila ada salah kata mohon dimaafkan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun