Astaga, Rey sudah bangun. Joy sedikit malu, namun lega karena Rey terlihat jauh lebih segar daripada semalam. "Baiklah. Selamat pagi, Pangeran."
"Ha ha ha. Aku tetap Rey." pemuda itu meremas pelan bahu Joy sambil mengedipkan sebelah mata. "Ayo, kita sambut mereka."
Rey keluar rumah duluan, diikuti Joy yang masih takut-takut, berlindung di balik bahunya.
"My Man! Rey The Rebel!" salah satu pemuda di luar menjerit kegirangan. "Kau masih hidup!" teriak yang lain.
"Sembarangan !!!" Rey tertawa terbahak-bahak sambil membukakan pagar. Ketiga cowok itu bersalaman, berpelukan.
"Perkenalkan, tapi, masuk ke dalam dulu..." Rey menggiring kedua cowok seumurannya ke dalam rumah. Joy masih sedikit takut. Tubuh mereka lebih tinggi besar dari Rey. Tampang-tampangnya juga sangar. Yang satu berkulit pucat dengan rambut agak gondrong, yang satu berkulit gelap dengan rambut super pendek. Sangat tak mirip dengan Rey, namun keduanya tampak akrab dengan Rey.
"Yang gondrong ini Ksatria Yin, yang hampir botak itu Ksatria Yang." Rey memperkenalkan mereka. "Kami sudah saling kenal sejak SD. Dan mereka adalah Ksatria Evertonia yang menjadi sahabat-sahabatku. Aku panggil mereka kemari karena kita membutuhkan bantuan."
"Rey dalam masalah, kami siap membereskannya." ujar Yin.
"Kami siap melayani Yang Mulia dan Nona Joy." tambah Yang.
Jadi Joy dengan ketiga pria itu akhirnya duduk beramai-ramai di ruang tengah, berdiskusi, melihat-lihat foto yang dijepret paparazzi Liz dan antek-anteknya. Mereka mencari akal bagaimana menghentikan para intel ini agar tak menyebarkan foto-foto, yang meskipun hanya foto-foto couple biasa, namun sanggup membuat heboh Evertonia, Evernesia dan seluruh jagat raya. Sambil sarapan dan minum kopi, ketiganya membahas bagaimana intel Evertonia diam-diam bekerja selama bertahun-tahun mencari universitas tempat kuliah Rey, hingga akhirnya berhasil mencium jejak pelariannya.
"Dan ya, sejak mengenal Joy, terdapat aktivitas tak lazim dari akun-akun pribadi Rey yang semakin menguatkan dugaan keberadaan Rey di Evernesia. Diutuslah tiga intel ini, dua pria yang diam-diam mengikuti kalian kencan di mal waktu itu, dan si fotografer wanita Liz." Yin, pemuda yang hobi menganalisa menarik kesimpulan.