Malam berlalu, Joy sedikit lega karena Rey ada di sini, dekat dengannya. Tak ingin berpisah, tak akan berpisah lagi. Ia hanya ingin bisa selama mungkin menunjukkan betapa pemuda itu telah mengubah hidupnya.
Pangeran Tampanku.
Tidurlah yang nyenyak.
Mimpi indahlah tentangku.
Keesokan harinya, lagi-lagi Joy dikejutkan dengan kedatangan tamu. Dua lelaki muda tak dikenal berdiri di luar pagar rumahnya, berpakaian semacam seragam prajurit tak dikenal. Tampang mereka mencurigakan, kalau tidak agak seram.
Anggota Pasukan Kerajaan Evertonia? -Joy bergidik ngeri. Apakah mereka bermaksud buruk? Apakah mereka tahu keberadaan Pangeran Rey di sini, ingin menangkap kami sekeluarga dan memenjarakanku dan ibuku karena menyembunyikan The Rebel Prince?
Joy ingin membangunkan Rey yang masih terpulas di ruang tidur tamu, namun diurungkannya niatnya. Kasihan, baru beberapa jam tidur nyenyak dalam keadaan tak enak badan. Waduh, apa yang harus kulakukan?
Dalam galaunya, salah satu lelaki di luar berseru, "Nona Joy, tolong bukakan pintu. Kami di pihak Rey."
Benarkah itu? Atau hanya akal-akalan pihak intel kerajaan yang seperti di mal kemarin, yang hampir saja berbaku hantam dengan Rey?
"Mereka teman-teman lamaku. Bukakan saja pintu. Aman." tiba-tiba terdengar suara rendah Rey di belakang Joy.
Astaga, Rey sudah bangun. Joy sedikit malu, namun lega karena Rey terlihat jauh lebih segar daripada semalam. "Baiklah. Selamat pagi, Pangeran."
"Ha ha ha. Aku tetap Rey." pemuda itu meremas pelan bahu Joy sambil mengedipkan sebelah mata. "Ayo, kita sambut mereka."
Rey keluar rumah duluan, diikuti Joy yang masih takut-takut, berlindung di balik bahunya.
"My Man! Rey The Rebel!" salah satu pemuda di luar menjerit kegirangan. "Kau masih hidup!" teriak yang lain.
"Sembarangan !!!" Rey tertawa terbahak-bahak sambil membukakan pagar. Ketiga cowok itu bersalaman, berpelukan.
"Perkenalkan, tapi, masuk ke dalam dulu..." Rey menggiring kedua cowok seumurannya ke dalam rumah. Joy masih sedikit takut. Tubuh mereka lebih tinggi besar dari Rey. Tampang-tampangnya juga sangar. Yang satu berkulit pucat dengan rambut agak gondrong, yang satu berkulit gelap dengan rambut super pendek. Sangat tak mirip dengan Rey, namun keduanya tampak akrab dengan Rey.
"Yang gondrong ini Ksatria Yin, yang hampir botak itu Ksatria Yang." Rey memperkenalkan mereka. "Kami sudah saling kenal sejak SD. Dan mereka adalah Ksatria Evertonia yang menjadi sahabat-sahabatku. Aku panggil mereka kemari karena kita membutuhkan bantuan."
"Rey dalam masalah, kami siap membereskannya." ujar Yin.
"Kami siap melayani Yang Mulia dan Nona Joy." tambah Yang.
Jadi Joy dengan ketiga pria itu akhirnya duduk beramai-ramai di ruang tengah, berdiskusi, melihat-lihat foto yang dijepret paparazzi Liz dan antek-anteknya. Mereka mencari akal bagaimana menghentikan para intel ini agar tak menyebarkan foto-foto, yang meskipun hanya foto-foto couple biasa, namun sanggup membuat heboh Evertonia, Evernesia dan seluruh jagat raya. Sambil sarapan dan minum kopi, ketiganya membahas bagaimana intel Evertonia diam-diam bekerja selama bertahun-tahun mencari universitas tempat kuliah Rey, hingga akhirnya berhasil mencium jejak pelariannya.
"Dan ya, sejak mengenal Joy, terdapat aktivitas tak lazim dari akun-akun pribadi Rey yang semakin menguatkan dugaan keberadaan Rey di Evernesia. Diutuslah tiga intel ini, dua pria yang diam-diam mengikuti kalian kencan di mal waktu itu, dan si fotografer wanita Liz." Yin, pemuda yang hobi menganalisa menarik kesimpulan.
"Intinya, mereka akan menyebar semua ini apabila Pangeran tak pulang ke negerinya dan memutuskan hubungan dengan Nona Joy." ujar Yang menambahkan.
"Mereka mungkin masih mengawasi kita hingga saat ini. Menunggu sampai Pangeran menyerahkan diri dalam waktu sesingkat-singkatnya." kata Yin lagi sambil menunjuk ke jendela. "Bisa saja Liz sedang berada di sana seperti sniper siap menembak lawannya. Mungkin di rumah tetanggamu, mungkin di atas pohon di taman. Wanita itu sangat nekat."
"Jadi, kita tak bisa kemana-mana?" Joy mengerang. Dicengkeramnya lengan Rey seolah tak ingin cowoknya terjatuh lagi dalam bahaya.
"Mungkin begitu. Kecuali bila, kita alihkan isu untuk sementara." ucap Yang.
"Apa maksudnya?" Joy dan Rey saling pandang-memandang.
(Ikuti kelanjutannya hanya di Noveltoon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H