Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jika Alasan Ada 1 Buku, Alasan Covidiot Ada 1 "Kitab Omnibus Law"!

18 Desember 2020   11:00 Diperbarui: 18 Desember 2020   13:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Covidiot dari Getty Images

Sangat sering kita jumpai orang-orang abai pada Covid-19, alias Covidiot, di mana-mana. Salahsatu potret yang saya sering lihat dari balik kaca bus Transjakarta yang saya tumpangi dari halte dekat rumah menuju terminal akhir dekat tempat kerja, banyak kru bis antarkota, supir, maupun calo pencari penumpang bus antarkota di sekitarnya yang masih menjadi Covidiot-covidiot ini.

Mereka melepas masker, atau masih salah dalam memakai masker, tepat di depan spanduk "Mari Laksanakan 3M" Bahkan ada yang di depan kantor Polsek, yang notabene juga ada di dalam terminal.

Dahulu kala di awal pandemi, kira-kira Maret atau April, polisi di sekitar masih gencar menegur kawanan seperti ini. Mereka yang takut didenda, takut akan hukuman, mulai mematuhi. Namun makin kemari, rasanya makin banyak yang lupa pada "Pesan Ibu" seperti yang dilantunkan Padi di iklan TV.

Alasan konon ada satu buku, namun alasan seorang covidiot mungkin setebal satu kitab Omnibus Law !

Berikut ini rangkuman saya hasil pengamatan komentar-komentar, bisik-bisik tetangga, dan kepo-kepo tentang covidiot yang beredar luas di alam maya maupun nyata.

1. Teori Konspirasi.

Masih sangat banyak yang percaya penyakit ini hanya diciptakan oleh negara tertentu, demi kepentingan politik tertentu. "Senjata biologis yang nanti toh ada obatnya tapi masih disimpan. Akan dijual ke negara yang kalah perang."

2. Covid-19 tak pernah ada, atau hanya ada di RS.

"Hanya akal-akalan dokter, rumah sakit, produsen masker, sampai produsen vaksin." "RS ada yang sengaja menularkan ke pasien, ngeri lho!"

3. Semua Penyakit Ada Obatnya.

"Jadi santai saja, nanti juga sembuh sendiri." "Terlalu dilebih-lebihkan. Banyakan juga korban kecelakaan, atau yang mati gegara kanker, diabetes, jantung, stroke, dan lain-lain."

4. Hanya Flu Biasa.

"Tak berbeda dengan masuk angin, sesak napas, pneumonia, batuk pilek, dan lain-lain."

5. Sesama lingkungan tak mungkin menularkan.

"Setiap hari berkantor, nguli, main, nongkrong, berkumpul, belanja, masih baik-baik saja toh?"

Tentunya belum satu buku, yang jelas, gak akan ada habisnya bila saya tampung semua. Belum juga termasuk yang sudah agak sadar tapi masih pakai masker bergelantungan di telinga, yang hanya pakai saat ada razia, dan lain-lain. Juga yang belum ambil keputusan mengenai vaksin, antara mau gak mau atau ambigu.

Covid-19 bukan penyakit biasa, daya tularnya luar biasa. Sebutir saja virus kasat mata, bila terbawa aliran udara ke dalam tubuh kita, bisa kacau jadinya. Tak ada yang tahu apakah akan selamat atau berakhir dalam plastik di makam nan dingin dengan tata cara protokol kesehatan.

Bila covidiot-covidiot ini masih keukeuh berlindung di bawah alasannya yang setebal kitab Omnibus Law, kapan ya kira-kira virus Corona akan binasa ? Mungkin sampai manusia bisa pindah ke Mars. Mungkin tidak dalam masa kehidupan kita.

Ilustrasi Pemakaian Masker yang Benar dari Unicef.org
Ilustrasi Pemakaian Masker yang Benar dari Unicef.org

Karenanya marilah kita sadar, ayo berhenti menjadi covidiot-covidiot, atau bagi yang sudah melek, yuk coba sadarkan mereka yang matanya masih belum terbuka, agar kita sama-sama selamat dan semoga masih ada harapan untuk terbebas dari pandemi ini. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun