Sangat sering kita jumpai orang-orang abai pada Covid-19, alias Covidiot, di mana-mana. Salahsatu potret yang saya sering lihat dari balik kaca bus Transjakarta yang saya tumpangi dari halte dekat rumah menuju terminal akhir dekat tempat kerja, banyak kru bis antarkota, supir, maupun calo pencari penumpang bus antarkota di sekitarnya yang masih menjadi Covidiot-covidiot ini.
Mereka melepas masker, atau masih salah dalam memakai masker, tepat di depan spanduk "Mari Laksanakan 3M" Bahkan ada yang di depan kantor Polsek, yang notabene juga ada di dalam terminal.
Dahulu kala di awal pandemi, kira-kira Maret atau April, polisi di sekitar masih gencar menegur kawanan seperti ini. Mereka yang takut didenda, takut akan hukuman, mulai mematuhi. Namun makin kemari, rasanya makin banyak yang lupa pada "Pesan Ibu" seperti yang dilantunkan Padi di iklan TV.
Alasan konon ada satu buku, namun alasan seorang covidiot mungkin setebal satu kitab Omnibus Law !
Berikut ini rangkuman saya hasil pengamatan komentar-komentar, bisik-bisik tetangga, dan kepo-kepo tentang covidiot yang beredar luas di alam maya maupun nyata.
1. Teori Konspirasi.
Masih sangat banyak yang percaya penyakit ini hanya diciptakan oleh negara tertentu, demi kepentingan politik tertentu. "Senjata biologis yang nanti toh ada obatnya tapi masih disimpan. Akan dijual ke negara yang kalah perang."
2. Covid-19 tak pernah ada, atau hanya ada di RS.
"Hanya akal-akalan dokter, rumah sakit, produsen masker, sampai produsen vaksin." "RS ada yang sengaja menularkan ke pasien, ngeri lho!"