Mohon tunggu...
Ahmad Mujammil Raza
Ahmad Mujammil Raza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta tahun 2023

Semangat Terus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Etika dalam Komunikasi Massa

5 Juli 2024   17:42 Diperbarui: 5 Juli 2024   17:43 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama: Ahmad Mujammil Raza

NIM: 23010400054

Mata Kuliah: Komunikasi Massa L (Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Dosen Pengampu: Sofia Hasna, S.I.Kom., M.A & R. Hiru Muhammad, S.Sos, M.I.Kom

Pentingnya Etika dalam Komunikasi Massa 

Di era digital yang serba cepat saat ini, komunikasi massa memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, menyebarkan informasi, dan mempengaruhi norma-norma masyarakat (Kovach & Rosenstiel, 2014). Pentingnya etika dalam komunikasi massa tidak dapat dilebih-lebihkan, karena etika menjamin integritas, keandalan, dan tanggung jawab informasi yang dibagikan kepada publik. Artikel ini mengeksplorasi peran penting etika dalam komunikasi massa, menyoroti dampaknya terhadap masyarakat, tantangan yang dihadapi, dan prinsip-prinsip yang memandu praktik etika.

Peran Etika dalam Komunikasi Massa

Etika dalam komunikasi massa mengacu pada prinsip dan standar moral yang memandu perilaku dan proses pengambilan keputusan para profesional media (Ward, 2021). Prinsip-prinsip ini penting dalam menjaga kredibilitas dan kepercayaan media, jurnalis, dan komunikator. Praktik etis dalam komunikasi massa sangat penting karena beberapa alasan:

  1.  Kepercayaan dan Kredibilitas: Kepercayaan adalah dasar dari setiap komunikasi yang efektif. Jurnalisme etis menumbuhkan kepercayaan antara media dan publik dengan memastikan bahwa informasi akurat, adil, dan tidak memihak (Plaisance, 2014). Sumber media yang kredibel lebih mungkin diandalkan untuk mendapatkan informasi yang akurat, yang mana hal ini penting bagi masyarakat yang mempunyai informasi. (Pew Research Center, 2022)

  2. Tanggung Jawab Publik: Organisasi media memiliki tanggung jawab untuk melayani kepentingan publik (Kovach & Rosenstiel, 2014). Standar etika membantu memastikan bahwa informasi yang disebarluaskan tidak hanya jujur namun juga bermanfaat bagi publik. Hal ini termasuk menghindari sensasionalisme, menghormati privasi, dan peka terhadap dampak informasi pada komunitas yang berbeda (Society of Professional Journalists, 2014).

  3. Dampak Sosial: Komunikasi massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik dan norma-norma masyarakat. Praktik media yang etis membantu mencegah penyebaran informasi yang salah, stereotip, dan konten berbahaya (Ward, 2021). Dengan mematuhi standar etika, para profesional media berkontribusi terhadap masyarakat yang lebih terinformasi dan adil (Christians et al., 2020).


Prinsip Etika Utama dalam Komunikasi Massa

Beberapa prinsip inti memandu praktik etika dalam komunikasi massa. Prinsip-prinsip ini berfungsi sebagai kerangka kerja bagi para profesional media untuk mengatasi dilema etika yang kompleks dan memastikan jurnalisme yang bertanggung jawab:

  1. Akurasi dan Kebenaran: Memastikan bahwa semua informasi akurat dan jujur adalah landasan jurnalisme etis. Hal ini melibatkan penelitian menyeluruh, pengecekan fakta, dan verifikasi sumber sebelum mempublikasikan informasi apa pun (Silverman, 2014).

  2. Keadilan dan Ketidakberpihakan: Jurnalisme etis mengharuskan penyajian informasi secara adil dan tanpa bias. Hal ini berarti memberikan pandangan yang seimbang terhadap suatu permasalahan, mewakili berbagai perspektif, dan menghindari pilih kasih atau diskriminasi (Ward, 2021).

  3. Akuntabilitas: Profesional media harus bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Hal ini mencakup pengakuan dan koreksi kesalahan, bersikap transparan mengenai sumber dan metode, serta terbuka terhadap kritik dan masukan (Plaisance, 2014).

  4. Menghormati Privasi: Menghormati privasi individu merupakan pertimbangan etis yang mendasar. Profesional media harus menyeimbangkan hak publik untuk mengetahui dengan hak individu atas privasi, menghindari gangguan yang tidak perlu ke dalam kehidupan pribadi (Ward, 2021).

  5. Meminimalkan Kerugian: Jurnalisme etis berarti meminimalkan kerugian terhadap individu dan komunitas. Hal ini termasuk peka terhadap dampak pemberitaan terhadap populasi rentan dan menghindari konten yang dapat memicu kekerasan atau diskriminasi (Society of Professional Journalists, 2014).

Tantangan Menjunjung Etika dalam Komunikasi Massa 

Meskipun prinsip-prinsip jurnalisme etis sudah jelas, menegakkan standar-standar ini dapat menjadi tantangan dalam lanskap komunikasi massa yang terus berkembang. Beberapa tantangan utama meliputi:

  1. Tekanan Komersial: Organisasi media sering kali menghadapi tekanan komersial untuk menghasilkan pendapatan melalui iklan dan sponsorship. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, sensasionalisme, dan pengutamaan keuntungan dibandingkan standar etika (Ward, 2021).

  2. Kecepatan dan Persaingan: Permintaan akan informasi real-time dan persaingan untuk menjadi yang pertama menyampaikan berita dapat mengurangi keakuratan dan ketelitian pemberitaan. Para profesional media harus menyeimbangkan kebutuhan akan kecepatan dengan komitmen terhadap akurasi (American Press Institute, 2016).

  3. Misinformasi dan Berita Palsu: Munculnya platform digital memudahkan penyebaran misinformasi dan berita palsu. Organisasi media harus waspada dalam memeriksa fakta dan memerangi informasi palsu untuk menjaga kredibilitas mereka (Ward, 2021).

  4. Kemajuan Teknologi: Kemajuan teknologi, seperti deepfake dan kecerdasan buatan, menimbulkan tantangan etika baru. Para profesional media harus tetap mendapat informasi tentang teknologi ini dan potensi penyalahgunaannya untuk memastikan standar etika tetap terjaga (Ward, 2021).

Studi Kasus: Skandal Jayson Blair 

Salah satu contoh penyimpangan etika dalam komunikasi massa yang paling menonjol adalah skandal Jayson Blair di The New York Times (Barringer, 2003). Pada tahun 2003, terungkap bahwa Jayson Blair, reporter surat kabar bergengsi tersebut, telah melakukan berbagai tindakan penipuan jurnalistik, termasuk plagiarisme dan pemalsuan cerita.

Latar belakang

Jayson Blair bergabung dengan The New York Times pada tahun 1999 sebagai pekerja magang dan dengan cepat naik pangkat menjadi reporter nasional. Namun peningkatan pesatnya dirusak oleh seringnya kesalahan, inkonsistensi, dan pelaporan yang tidak terverifikasi. Meskipun ada masalah-masalah ini, Blair terus menerima penugasan penting (Barringer, 2003).

Pelanggaran Etika

Skandal itu meletus ketika laporan Blair tentang serangan penembak jitu di wilayah Washington, D.C. ditemukan mengandung banyak rekayasa dan materi yang dijiplak. Investigasi internal yang dilakukan oleh The New York Times mengungkapkan bahwa Blair telah memalsukan kutipan, salah mengartikan lokasi, dan menjiplak konten dari sumber berita lain di setidaknya 36 dari 73 artikelnya yang diterbitkan selama periode lima bulan (Siegal & Connolly, 2023).

Konsekuensi

Skandal itu berdampak buruk bagi The New York Times. Editor eksekutif dan redaktur pelaksana surat kabar tersebut mengundurkan diri, dan insiden tersebut secara signifikan merusak kredibilitas publikasi dan kepercayaan pembacanya (Barringer, 2003). The New York Times menerapkan pengawasan editorial dan prosedur pengecekan fakta yang lebih ketat setelah skandal tersebut terjadi untuk mencegah pelanggaran etika di masa depan (Siegal & Connolly, 2023).

Jalan ke Depan: Mempromosikan Komunikasi Massa yang Etis 

Mempromosikan etika dalam komunikasi massa memerlukan upaya kolektif dari organisasi media, jurnalis, pendidik, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk memperkuat praktik etika antara lain:

  1. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan komprehensif mengenai etika media bagi jurnalis dan profesional media sangatlah penting. Hal ini mencakup kursus tentang pengambilan keputusan etis, pengecekan fakta, dan memahami dampak pekerjaan mereka terhadap masyarakat (Ward, 2021).

  2. Memperkuat Kode Etik: Organisasi media harus mengembangkan dan menegakkan kode etik yang kuat yang menguraikan standar dan prinsip yang memandu pekerjaan mereka. Kode-kode ini harus ditinjau dan diperbarui secara berkala untuk mengatasi tantangan etika yang muncul (Society of Professional Journalists, 2014). 

  3. Mempromosikan Literasi Media: Mendidik masyarakat tentang literasi media dapat membantu individu mengevaluasi secara kritis informasi yang mereka konsumsi dan menjaga akuntabilitas organisasi media. Program literasi media harus fokus pada pemahaman bias media, mengenali informasi yang salah, dan mendorong pemikiran kritis (Ward, 2021). 

  4. Mempromosikan Literasi Media: Mendidik masyarakat tentang literasi media dapat membantu individu mengevaluasi secara kritis informasi yang mereka konsumsi dan menjaga akuntabilitas organisasi media. Program literasi media harus fokus pada pemahaman bias media, mengenali informasi yang salah, dan mendorong pemikiran kritis (Ward, 2021). 

Kesimpulan

Etika dalam komunikasi massa merupakan hal mendasar untuk menjaga integritas dan kepercayaan media. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip etika, para profesional media dapat memastikan bahwa pekerjaan mereka melayani kepentingan publik, menumbuhkan kepercayaan, dan berkontribusi terhadap masyarakat yang lebih terinformasi dan adil. Terlepas dari tantangan yang ada, peningkatan etika dalam komunikasi massa sangat penting untuk menjaga kredibilitas dan efektivitas media dalam membentuk opini publik dan norma-norma masyarakat.

Referensi

American Press Institute. (2016). The personal news cycle: How americans choose to get news. American Press Institute. https://americanpressinstitute.org/personal-news-cycle/

Barringer, F. (2003, May 11). Times reporter who resigned leaves long trail of deception. The New York Times. https://www.nytimes.com/2003/05/11/national/times-reporter-who-resigned-leaves-long-trail-of-deception.html

Christians, C. G., Fackler, M., Kathy Brittain Richardson, & Kreshel, P. (2020). Media ethics. Routledge.

Kovach, B., & Rosenstiel, T. (2014). The elements of journalism : What newspeople should know and the public should expect. Three Rivers Press.

Patrick Lee Plaisance. (2014). Media ethics : Key principles for responsible practice. Sage, Cop.

Pew Research Center. (2022, January 5). Trust in media - research and data from the pew research center. Pew Research Center. https://www.pewresearch.org/topic/news-habits-media/media-society/media-attitudes/trust-in-media/

Siegal, A. M., & Connolly, W. (2023). Opinion | the culture that explains america. The New York Times. https://www.nytimes.com/interactive/2023/06/20/opinion/nyt-columnists-culture.html

Silverman, C., & European Journalism Centre. (2014). Verification handbook : An ultimate guideline on digital age sourcing for emergency coverage. European Journalism Centre.

Society of Professional Journalists. (2014, September 6). SPJ code of ethics. Society of Professional Journalists. https://www.spj.org/ethicscode.asp

Ward, S. J. A. (2021). Ethics and the media : An introduction. Cambridge Cambridge University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun