Mohon tunggu...
Ahmad Mujammil Raza
Ahmad Mujammil Raza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta tahun 2023

Semangat Terus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Etika dalam Komunikasi Massa

5 Juli 2024   17:42 Diperbarui: 5 Juli 2024   17:43 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kecepatan dan Persaingan: Permintaan akan informasi real-time dan persaingan untuk menjadi yang pertama menyampaikan berita dapat mengurangi keakuratan dan ketelitian pemberitaan. Para profesional media harus menyeimbangkan kebutuhan akan kecepatan dengan komitmen terhadap akurasi (American Press Institute, 2016).

  • Misinformasi dan Berita Palsu: Munculnya platform digital memudahkan penyebaran misinformasi dan berita palsu. Organisasi media harus waspada dalam memeriksa fakta dan memerangi informasi palsu untuk menjaga kredibilitas mereka (Ward, 2021).

  • Kemajuan Teknologi: Kemajuan teknologi, seperti deepfake dan kecerdasan buatan, menimbulkan tantangan etika baru. Para profesional media harus tetap mendapat informasi tentang teknologi ini dan potensi penyalahgunaannya untuk memastikan standar etika tetap terjaga (Ward, 2021).

  • Studi Kasus: Skandal Jayson Blair 

    Salah satu contoh penyimpangan etika dalam komunikasi massa yang paling menonjol adalah skandal Jayson Blair di The New York Times (Barringer, 2003). Pada tahun 2003, terungkap bahwa Jayson Blair, reporter surat kabar bergengsi tersebut, telah melakukan berbagai tindakan penipuan jurnalistik, termasuk plagiarisme dan pemalsuan cerita.

    Latar belakang

    Jayson Blair bergabung dengan The New York Times pada tahun 1999 sebagai pekerja magang dan dengan cepat naik pangkat menjadi reporter nasional. Namun peningkatan pesatnya dirusak oleh seringnya kesalahan, inkonsistensi, dan pelaporan yang tidak terverifikasi. Meskipun ada masalah-masalah ini, Blair terus menerima penugasan penting (Barringer, 2003).

    Pelanggaran Etika

    Skandal itu meletus ketika laporan Blair tentang serangan penembak jitu di wilayah Washington, D.C. ditemukan mengandung banyak rekayasa dan materi yang dijiplak. Investigasi internal yang dilakukan oleh The New York Times mengungkapkan bahwa Blair telah memalsukan kutipan, salah mengartikan lokasi, dan menjiplak konten dari sumber berita lain di setidaknya 36 dari 73 artikelnya yang diterbitkan selama periode lima bulan (Siegal & Connolly, 2023).

    Konsekuensi

    Skandal itu berdampak buruk bagi The New York Times. Editor eksekutif dan redaktur pelaksana surat kabar tersebut mengundurkan diri, dan insiden tersebut secara signifikan merusak kredibilitas publikasi dan kepercayaan pembacanya (Barringer, 2003). The New York Times menerapkan pengawasan editorial dan prosedur pengecekan fakta yang lebih ketat setelah skandal tersebut terjadi untuk mencegah pelanggaran etika di masa depan (Siegal & Connolly, 2023).

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun