Kita tahu bahka berpikir positif itu baik, namun gen z memiliki pandangan yang berbeda. Ketika diminta untuk berpikir positif, beberapa dari mereka mengatakan itu adalah toxic positivity. Apa itu toxic positivity, dan kenapa hal itu tidak baik?
Yuk kita bahas.
Pengertian Toxic Positivity
Dilansir dari divedigital.id, Toxic Positivity merupakan sebuah kondisi dimana seseorang menuntut untuk selalu bersikap dan berpikir positif yang dibarengi dengan menolak emosi negatif, baik ke diri sendiri atau orang lain.
Kita selama ini tahu bahwa berpikir positif itu bagus, itu tidak bisa dibantah. Namun menghindari emosi negatif justru sebaliknya dan bisa berdampak ke kesehatan, khususnya kesehatan mental.
Seseorang yang sedang mengalami toxic positivity biasanya akan selalu menghindari emosi negatif. Padahal menurut alodokter, emosi negatif juga memiliki peranan penting untuk di ekspresikan dan dirasakan.
Dan kenapa toxic positivity tidak bagus? Karena jika dilakukan terus menerus, ia memiliki efek jangka panjang yang tidak baik untuk kesehatan mental.
Ciri-ciri Toxic Positivity
Toxic positivity juga bisa kita kenali karena hal ini memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa kita rasakan. Berikut beberapa ciri-ciri jika seseorang terjebak dalam lingkaran toxic positivity:
- Ingin menyembunyikan sebuah perasaan yang sebenarnya pada saat itu sedang ia rasakan.
- Terlihat sedang menghindari atau bahkan mengacuhkan sebuah masalah.
- Merasa bersalah ketika merasakan atau bahkan mengekspresikan emosi negatif.
- Memberikan semangat kepada orang lain, namun dalam waktu yang sama ia juga meremehkan masalah yang dihadapi orang lain. Misalnya seperti "semangat ya, jangan lembek, begitu saja kok difikirin".
- Sering membandngkan diri dengan orang lain. Beberapa anak sekarang menyebutnya sebagai kaum mendang-mending. Misalnya seperti "kamu masih baik kok, lihat si a, dia bla bla bla bla".
- Menyelahkan korban. "ambil hikmahnya saja ya, dan sebenarnya ini kan salah kamu juga".
Cara Menghindari Toxic Positivity
Agar tidak terjebak dan menjadi penyebab toxic positivity bagi orang lain, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengindari hal ini. Berikut beberapa caranya:
1 Rasakan dan Kelola Emosi Negatif
Emosi negatif memang tidak perlu disimpan, namun ini juga tidak perlu disangkal. Emosi, baik itu positif atau negatif, itu adalah hal yang normal. Jika memang kamu memiliki emosi negatif, kamu bisa menyalurkan atau bahkan menceritakannya.
Jika curhat kepada orang lain sulit untuk dilakukan, kamu juga bisa menuliskannya kedalam buku harian.
2 Pahami Hal itu
Selalu ingat bahwa apapun itu ada pencetusnya, begitu juga dengan emosi negatif, baik yang dirasakan oleh orang lain ataupun diri kamu sendiri. Maka dari itu, penting untuk melihat dan memahami lebih dalam tentang perasaan itu dan mencari cara untuk melepaskan emosi negatif itu.
Jika memang hal itu sedang terjadi pada orang lain atau teman kamu, berikesempatan untuk mereka bercerita dan mencari tahu atau mengenali hal itu, Jangan justru sebaliknya, misalkan seperti judgemental.
3 Jangan Membandingkan Masalah
Masalah kamu dan orang lain bukanlah aple to aple untuk kita compare, karena memang setiap orang memiliki masalah dan tantangan yang berbeda-beda. Terdengar klasik ya, namun memang seperti itu adanya.
Jadi hindari untuk membandingkan, masalah kamu dengan masalah orang lain, atau bahkan membandingkan masalah teman kamu dengan orang lain. Dibandingkan dengan membandingkan masalah orang lain dengan kamu sendiri, lebih baik kita berusaha untuk menghiburnya.
4 Kurangi Sosial Media
Menurut alodokter, sosial media bisa menjadi pemicu atau bahkan memperburuk Toxic Positivity. Jadi tidak ada salahnya pada saat terjebak dalam lingkaran Toxic Positivity, kita mengurangi bermain sosial media.
Atau jika ini sulit untuk dilakukan saat ini, kamu bisa menguranginya pelan-pelan. Namun yang paling penting dilakukan adalah berhenti mengikuti konten yang tidak terlalu bermanfaat yang bisa memprovokasi emosi yang kamu miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H