Aku putuskan untuk diam. Tidak melakukan sesuatu. Akhirnya tak seberapa lama kududuk termenung menunggu. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat putih. Sebuah titik berdiameter kira-kira satu inci. Bulatan kecil itu lama kelamaan berangsur mendekat, menghampiriku. Berawal dari bulatan kecil. Sedikit demi sedikit bulatan itu membesar, hingga besar. Sebesar lubang sumur galian di kampungku yang menempel di tirai hitam yang gelap.
Aku bangkit bangun menghampiri dan meloncat masuk ke dalam lubang. Ternyata bulatan itu merupakan pintu cahaya penghubung untuk memasuki tempat yang penuh kilauan cahaya. Kulanjutkan melangkah masuk ke dalam cahaya yang sangat terang. Mataku tak sanggup melihat karena silau, walau lama kelamaan pupil mataku mulai terbiasa.
Semua tampak jelas. Wow dunia yang sungguh luar biasa! Membuatku takjub, akan keindahan yang memukau. Berkilauan berhias ribuan pohon berdoyang rindang. Berjejer berderet, seakan ingin menutup cahaya langit, bertabur indah warna-warni bunga indah mekar tersapu angin bertaburan.
Karena terpuaku akan indahnya dunia yang penuh warna. Aku tersentak kaget. Serentak segera kupalingkan wajahku seketika. Kuhadapkan kearah suara memanggil keras “Jak , Rojak!” mengaung ditelingaku. Kemudian hilang begitu saja. Kutengok ke belelakang ke arahsuara, namun tidak ada apa-apa. Kupalingkan kembali pandanganku kearah semula. Tapi!!! Apa yang terjadi ?!! dunia yang penuh cahaya, kini berubah hitam pekat, Gelap gulita. Aku tak mengerti. Cahya yang menyilaukan mata kini lenyap begitu saja.
Busyet ada apa ini? sesungguhnya dimana aku? Apakah ini mimpi? Atau justru aku sudah mati. Oh tidak!
Biarlah apa yang terjadi kujalani saja. Aku lanjutkan dan terus kutelusuri dunia kegelapan penuh hati-hati. selangkah demi selangkah kutapaki bersama gemuruh yang memekakkan telinga. Tak pernah berhenti, berderet beterbanagn melayang, kemudian hilang dan muncul lagi. Hilang, muncul dan muncul lagi.
Kakiku mulai terasa pegal. Karena terus berjalan. Langkah demi langkah kakiku mulai lelah. Dan tidak tahu berapa jauh aku melangkah. Akhirnya dari kejauhan tampak sebuah cahaya besar. Mendekat dan menyinari tubuhku berrsama alam sekitar, hingga mataku mampu menangkap semua yang ada di sekelilingku, walau semua tampak sama putih dan serba putih.
Putih, bersih. Ketenangan yang penuh kemegahan. Laksana alam suci yang tak ternoda. Walau aku tak tahu, putih tak ternoda atau alam menjemukan yang penuh kejenuhan, perlambang tiada keinginan. Memusnahkan warna-warni kehidupan. Kesenangan, kegembiraan menuai harapan. Atau justru warna-warni itu sebuah noda. Agh, terserahlah.
Tidak sengaja dari kejauhan, mataku menangkap diatas. Di sana aku melihat ada dua orang yang sedang berjalan mendaki di jalan tinggi menjulang. Tinggi kemiringannya kira-kira lima puluh sampai enam puluh derajat. Hatiku akhirnya mulai merasa lega. Aku tidak sendiri.
Aku dekati dan ku perhatikan. Mereka berjalan di jalan yang berbeda. Di sana ada dua jalan. Jalan pertama merupakan deretan anak tangga menjulang tinggi. Sedangkan jalan yang ke dua berupa jalan biasa yang menanjak jauh ke angkasa.
Orang yang berjalan ditangga adalah seorang wanita bergaun putih. Wanita berparas tidak asing dan sungguh akrab seali di mataku. Emh… siapa yah?? Setelah perhatikan lebih. oh iya!! Dia kan kekasihku. Emh.. bukan,bukan. Tepatnya mantan kekasih. Semenjak orang tuanya tau. Aku orang tak punya, harta maupun tahta. Hanya seorang anak pengayuh becak.