Mohon tunggu...
Rana Fakhira 2019120070
Rana Fakhira 2019120070 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jakarta

saya adalah mahasiswi administrasi publik yang ingin mengembangkan wawasan saya melalui berbagai tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permasalahan Global Dalam Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM)

17 Juli 2022   14:18 Diperbarui: 17 Juli 2022   22:52 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesehatan yang optimal merupakan suatu kondisi yang diinginkan setiap banyak orang. Dimana saat ini semakin berkembangnya berbagai penyakit. Dimana masih beberapa kasus penyakit-penyakit daerah tropis yang tinggi yang terdapat dinegara berkembang. Penyakit Tidak Menular (PTM) menurut World Health Organization (WHO) adalah 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun. Di Indonesia sendiri, meskipun penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting namun dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM juga semakin meningkat. Hal demikian menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

Prosedur Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya yang cukup besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Yang termasuk kategori PTM ini diantaranya adalah stroke, penyakit jantung koroner, kanker, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan, saat ini Pola hidup modern telah mengubah perilaku manusia, termasuk kedalam pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan mengancam kehidupan. Selain itu, salah satu dampak dari PTM adalah terjadinya kecacatan permanen.

 Secara global, regional, dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular Salah satu jenis PTM yang mendapatkan prioritas utama pengendalian adalah penyakit kanker. Kanker ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh manusia. Pertumbuhan sel abnormal inilah yang dapat merusak sel normal disekitarnya dan di bagian tubuh yang lain. Bahaya dari penyakit ini yang merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dimana sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia dan hari kanker sedunia dirayakan setiap 4 Februari untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker.

Aspek kesehatan dan kesejahteraan hidup (good health and well being) berada pada poin tujuan ke 3 dalam SDGs yang diutamakan untuk mendapatkan perhatian khusus. tujuan SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Dalam hal ini sasaran untuk dapat mencapai kehidupan sehat dan sejahtera pada tahun 2030, ditetapkan 13 target yang diukur melalui 50 indikator yang ada . Salah satunya mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM), perlu dilakukan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular agar  dapat menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antar daerah maupun antar negara serta dapat menimbulkan wabah yang luar biasa.

Pada masa pandemic ini isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional, karena isu kesehatan global merupakan masalah kesehatan yang sifatnya melintasi batas negara sehingga dibutuhkan kesepakatan antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu kesehatan global tersebut. Negara di tuntut untuk memiliki kemampuan dalam menangani isu kesehatan global dan mampu menegosiasikan rezim kesehatan global dan perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan penanganan isu kesehatan. Salah satu permasalahan kesehatan saat ini ialah Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Kanker. Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia yang berdampak menyebabkan kematian, karena penyakit ini umumnya tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya. Akibatnya, kondisi ini baru dapat terdeteksi dan ditangani setelah mencapai stadium lanjut. Beberapa Penyebab kanker ialah perubahan (mutasi) genetik pada sel sehingga sel tersebut tumbuh tidak normal. Sebenarnya, didalam tubuh memiliki mekanisme tersendiri untuk dapat menghancurkan sel-sel abnormal ini. Namun, bila mekanisme tersebut gagal, maka sel abnormal akan tumbuh secara tidak terkendali dapat menyebabkan kanker.

Jenis kanker yang paling berbahaya kanker adalah kanker paru, kanker Isi perut, kanker kolorektal, kanker hati,kanker payudara. Bahayanya Lebih dari 70% semua kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai dengan menengah. Dan diproyeksikan akan terus meningkat dengan perkiraan 11.5 juta kematian pada 2030. Faktor risiko utama kanker adalah merokok, konsumsi alkohol, faktor makanan (termasuk konsumsi sayur dan buah yang kurang), aktivitas fisik yang kurang, infeksi kronis dari Helycobacter pylori, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan beberapa jenis Human Papilloma Virus (HPV), serta lingkungan dan risiko kerja yang berhubungan dengan pengion dan radiasi. Yang dapat dirasakan pada stadium awal, kanker tumbuh setempat dan tidak menimbulkan keluhan ataupun gejala. Kondisi ini seringkali menyebabkan seseorang tidak menyadari jika dirinya sudah menderita kanker. Terlebih lagi, penderita datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah berada dalam kondisi stadium lanjut sehingga menyulitkan penanganannya.

Kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, Oleh karena itu pola hidup merupakan hal yang sangat penting, hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan yakni kesejahteraan masyarakat sebagai objek pembangunan dan perkembangan. Hubungan antara kesehatan dan kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga keterseimbangan setiap manusia dalam membutuhkan kondisi yang sehat dan sejahtera. PTM berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi karena memerlukan penanganannya membutuhkan biaya tinggi untuk sekali pengobatan. Pengabaian gejala kanker yang muncul sering dialami oleh sebagian besar penderita kanker. Pengabaian ini berkaitan langsung dengan berbagai hal seperti tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat kesadaran hidup sehat, bahkan sampai dengan tingkat ekonomi. Pengabaian gejala pada awal keluhan akan mengakibatkan penyakit kanker akan semakin memburuk dengan stadium akan semakin meningkat tinggi. Pengabaian ini memerlukan yang serius. Diperlukan manajemen stres yang baik agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Namun PTM dapat dicegah dengan mengatasi faktor-faktor risikonya terutama dari faktor perilaku hidup modern.

Kemitraan global Merespon isu-isu kesehatan dalam perkembangan saat ini menunjukkan bahwa pembahasan mengenai isu kesehatan global di tingkat internasional semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari kesepakatan-kesepakatan dan negosiasi-negosiasi internasional di berbagai level, baik multilateral dan regional dan bilateral. Perkembangan ini tentu saja memberi peluang bagi perluasan ruang kerja sama internasional di mana negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. WHO didirikan menyusul beberapa upaya kolaborasi internasional dalam mencegah penyebaran penyakit antarnegara. Pentingnya kemitraan diperkuat oleh WHO pada konferensi internasional promosi kesehatan yang ke 4 di Jakarta (1997), yang menetapkan tema “the new players for the new era”, menegaskan perlunya kemitraan yang lebih erat, dengan menghilangkan sekat sekat penghambat serta mengembangkan mitra baru antar berbagai sektor di semua tingkatan pemerintahan dan semua lapisan masyarakat.

Menurut Kickbusch N (1997) ada lima sektor kunci kemitraan, yaitu : Warga negara, konsumen, LSM, penyediaan layanan (publik dan swasta), organisasi profesi, pembuat kebijakan,anggota parlemen. Pada tahun 1993 majelis kesehatan dunia meminta WHO untuk memobilisasi dan mendorong dukungan semua mitra dalam pembangunan kesehatan, termasuk organisasi non pemerintahn institusi sektor swasta dalam implementasi stategi nasional kesehatan untuk semua. Dalam tujuan menciptakan sistem peringatan dan respon global yang efektif terhadap wahab penyakit, WHO membentuk Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) pada tahun 196928. GOARN merupakan kemitraan teknis dari institusi dan jaringan yang ada dalam rangka mengumpulkan sumber daya manusia dan teknis untuk melakukan identifikasi, konfirmasi dan respon yang cepat terhadap wabah internasional.

Sebagai focal point isu kesehatan global, WHO melalui World Health Assembly ke-71 telah menyepakati Thirteenth General Programme of Work untuk periode 2019−2023 (GPW 13). GWP 13 ini menjadi napas baru dalam kerangka kerja sama kesehatan global yang dipimpin oleh WHO karena WHO berkomitmen untuk memastikan terlaksananya implementasi SDGs Tujuan ke 3 di setiap negara di dunia melalui perwujudan universal healthcare. Sementara itu, GWP 13 juga menetapkan sebuah transformasi baru dalam kemitraan global di bidang kesehatan, yaitu melalui model pendekatan eksternal yang baru untuk memastikan pendekatan yang berkelanjutan, strategis, berjangka panjang, dan mencakup seluruh organisasi. Melalui model ini, kerja sama kesehatan global memuat fungsi mobilisasi sumber daya, program teknis, dan komunikasi. Dijalankannya ketiga komponen ini secara bersamaan bertujuan untuk memastikan kerja sama kesehatan global yang terkoordinasi dengan baik.

WHO adalah organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan arah dan kebijakan dalam penanganan kesehatan masyarakat dunia.WHO memiliki tujuan untuk mencapai kesehatan maksimal bagi seluruh masyarakat dunia, untuk mencapai tujuannya, WHO aktif melakukan tugas-tugas yang diantaranya sebagai berikut, bertugas menanggulangi kesehatan dengan cara membantu melakukan pembatasan terhadap penyakit-penyakit menular, memberikan bantuan kesehatan kepada negara-negara yang membutuhkan, membantu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan ibu dan anak, Menurut deklarasi WHO 1948, WHO memiliki fungsi yang di antaranya adalah bertindak, mengarahkan dan mengkoordinir kewenangan otoritas dalam upaya kesehatan internasional, membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, berkerjasama dengan badan-badan khusus lain jika perlu.

WHO yang merupakan Organisasi Internasional yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dunia, salah satunya yaitu dalam menanggulangi permasalahan kanker di dunia, melalui program Cancer Control Programme (CCP). Di mana CCP merupakan kebijakan untuk pengendalian kanker secara nasional yang kemudian di sebut dengan Nasional Cancer Control Programme (NCCP) yang disatukan untuk penyakit tidak menular dan hal terkait lainya. kerjasama WHO dan Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyakit kanker telah berlangsung dari tahun 2005 diharapkan untuk tahun kedepan agar lebih optimal.

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus. Kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi di Indonesia sebesar 65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. Kanker paru-paru menyusul di urutan ketiga dengan jumlah 34.783 kasus (8,8% dari total kasus), lalu kanker hati sejumlah 21.392 kasus (5,4% dari total kasus), dan kanker nasofaring (area di sebelah atas bagian belakang tenggorokan) sejumlah 19.943 kasus (5% dari total kasus).

Contoh studi kasus pada bulan Oktober 2020, menjadi waktu yang mungkin sulit dilupakan Ana, warga Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Pada bulan itu, dia mendapat dua kabar buruk sekaligus. Yang pertama dia dipastikan mengidap kanker payudara dan setelah Beberapa hari dia juga terpapar Covid-19. Sebelum memeriksakan diri ke dokter, dia mengalami gejala sakit biasa pada payudara sebelah kiri. Sama seperti yang biasa dia rasakan saat hendak menstruasi. Beberapa bulan kemudian, dia menemukan ada benjolan yang terus membesar dan melakukan pemeriksaan darah ”Saya akhirnya periksa darah, dan ternyata divonis mengidap kanker payudara stadium dua”. lalu dia sempat hendak menjalani operasi, namun terpaksa batal karena Ana terkonfirmasi Covid-19. Saya baru bisa operasi itu di bulan Januari 2021, dan setiap 3 minggu sekali selalu harus kemoterapi,”Rutinitas itu dilakukan dia sampai bulan Mei lalu. Total Ana mengikuti kemoterapi sebanyak 6 kali. Upaya itu harus dia lakukan karena ketika hendak operasi, kankernya sudah berada pada stadium 3. ”Dan berlanjut ke kelenjar getah bening,” imbuh ibu 3 anak itu. Bersyukur, sebulan kemudian, setelah kemoterapi ke 6 dan cek darah, kondisinya semakin membaik. ”Namun masih ada kewajiban untuk minum obat selama 5 tahun. Dan tiap 3 bulan sekali harus cek darah,” setelah itu Kondisinya jauh lebih baik dibandingkan awal-awal dia terkena kanker.

Salah satu penyebab tingginya kasus kanker di Indonesia adalah kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogen, seperti rokok, daging olahan, dsb. Penyebab lain yang juga mempengaruhi seperti kebiasaan begadang, kurang olah raga, dan makan terlalu banyak. Sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya kanker payudara dan kanker serviks, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya seperti deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan berusia 30-50 tahun dengan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), selain itu upaya yang efektif untuk mencegah peningkatan insidensi, morbiditas, dan kematian dini akibat kanker, melalui upaya pencegahan dengan skrining, deteksi dini, penemuan dini kasus kanker dan imunisasi.

Untuk mendukung pencapaian target sasaran dari kegiatan tersebut, perlu dilakukan promosi kesehatan dan kampanye sosial yang masif dan berkesinambungan. Sementara itu, permasalahan lainnya adalah adanya disparitas geografi di Indonesia yang sangat berpegaruh terhadap akses layanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita kanker. Sebaran fasilitas pelayanan dan tenaga kesehatan khususnya dokter ahli belum begitu merata di seluruh Indonesia. Ditambah lagi dengan keterbatasan sarana diagnostik dan penatalaksanaan kanker yang masih terfraggmentasi, selain itu juga ketersediaan obat dan logistik kesehatan yang masih belum memadai, menyebabkan upaya penanggulangan kanker di Indonesia belum dapat berjalan secara optimal.

kesimpulannya ialah Aspek kesehatan dan kesejahteraan hidup (good health and well being) berada pada poin tujuan ke 3 dalam SDGs yang disoroti untuk mendapatkan perhatian khusus. tujuan SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Saat ini isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional, karena isu kesehatan global merupakan masalah kesehatan yang sifatnya melintasi batas negara sehingga dibutuhkan kesepakatan antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu kesehatan global tersebut. Negara di tuntut memiliki kemampuan dalam menangani isu kesehatan global dan mampu menegosiasikan rezim kesehatan global dan perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan penanganan isu kesehatan Salah satu permasalahan kesehatan saat ini ialah Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Kanker. Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia. Salah satu penyebab tingginya kasus kanker di Indonesia adalah kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogen, seperti rokok, daging olahan, dsb. Dalam hal ini WHO yang merupakan Organisasi Internasional memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan dunia, salah satunya dalam menanggulangi kanker di dunia, melalui program Cancer Control Programme (CCP). Di mana CCP merupakan kebijakan untuk pengendalian kanker secara nasional yang kemudian di sebut dengan Nasional Cancer Control Programme (NCCP) yang disatukan untuk penyakit tidak menular dan hal terkait lainya. kerjasama WHO dan Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyakit kanker telah berlangsung dari tahun 2005.

Menjaga Kesehatan merupakan hal penting dalam keberlangsungan hidup maka fungsi dari setiap Lembaga negara atau internasional untuk mencegah dan mensosialisasikan Gerakan hidup sehat kepada masyarakat didunia ini. Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidak menular melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran, kemauan berperilaku sehat dan mencegah terjadinya penyakit tidak menular beserta akibat yang ditimbulkan, melakukan kontrol penyakit secara rutin di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Hindari terpapar dengan zat karsinogenik/berbahaya lainnya dan memberikan bantuan kesehatan kepada negara-negara yang membutuhkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun