Mohon tunggu...
Ramzy Muhammad Fadhil
Ramzy Muhammad Fadhil Mohon Tunggu... Arsitek - Be yourself

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mimpi yang Terwujud

8 Februari 2021   12:28 Diperbarui: 8 Februari 2021   16:34 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nama : Ramzy M.F

Kelas : XII MIPA 5

Tugas : Membuat Novel inspiratif 

Masa libur sekolah sudah selesai saatnya para anak-anak memulai kembali dengan dunia pendidikannya di sekolah. Matahari di pagi hari tampak bersinar menghangatkan kota ini setelah beberapa hari di landa hujan yang begitu deras pada akhirnya orang-orang yang tinggal di kota tersebut mulai melakukan aktivitas-aktivitasnya dengan suasana yang nyaman. Seperti biasanya tampak para orang tua mulai pergi bekerja dan anak-anak membawa tas mereka untuk mencari ilmu di sekolah.

Clara Anatasya merupakan anak perempuan yang begitu cerdas dan bahkan berbakat dalam bidang musik seperti bernyanyi, bermain gitar dan bermain biola. Clara adalah salah satu anak dari dua bersaudara Kakaknya Aldi merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama yaitu Insitut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan Hukum. Ia merupakan mahasiswa  yang cerdas dan juga berbakat  di bidang akademik maupun non akademik, maka tak heran bahwa dirinya dapat melanjutkan pendidikan disana dengan mendapatkan beasiswa sebelumnya dari sekolahnya. Kedua orang tua Clara yaitu Bunda Dara merupakan Seorang ibu rumah tangga dan Ayah Nizar merupakan seorang pekerja dengan profesi sebagai pegawai swasta.

Hari ini adalah hari pertamanya Clara menjadi mahasiwi di salah satu universitas negeri di bandung seperti Kakaknya, karena sebelumnya ia bersekolah SMAN 5 BANDUNG. Sekarang ia sudah lulus dari sekolah dengan peringkat pertama di sekolahnya lalu mendaftarkan dirinya dengan jalur snmptn dengan jurusan kedokteran karena cita-citanya dan keinginannya untuk menolong banyak orang dan akhirnya diterima oleh universitas tersebut lalu melanjutakannya pendidikannya disana.

Sebelumnya pada malam hari  Clara meminta pada Ibu nya untuk membangunkan nya sangat pagi agar ia tidak telambat datang ke kampusnya besok. langkah kaki terdengar dari bawah anak tangga menuju ke suatu arah ruangan di atas, Bunda Dara berniat membangunkan putrinya yang masih tertidur lenyap ia berjalan segera  menuju ke arah kamar dengan pintu yang masih tertutup. Pintu terbuka dengan perlahan sedikit demi sedikit  dan akhirnya mulai memasuki kamar.

“Clara bangun sayang sekarang sudah jam 05:30, hari ini adalah hari pertamamu menjadi mahasiswi kalau kamu tidak bangun maka kamu akan terlambat.”

Suara yang begitu halus terucap dari mulutnya terdengar oleh Clara yang masih menikmati mimpinya  tetapi ia tidak membalas perkataan sedikitpun dari ucapan Ibunya, Ia masih saja melanjutkan tidurnya dengan tenang seolah-oalah tidak ada terjadi apapun.

“Sepertinya Clara masih tertidur dengan nyenyak sehingga ia tidak menjawab ucapakanku, Sebaiknya aku menyiapakan sarapan pagi terlebih dahulu.”

Bunda Dara meninggalkan Clara yang masih tertidur di kasurnya, setelah berada luar kamar terdengar suara pintu yang terbuka dari arah seberangnya, Bunda melihat Aldi putranya baru saja terbangun dengan rambut yang berantakan  dan akan berjalan menuju ke bawah anak tangga.

“Selamat pagi Bunda, apa yang sudah bunda lakukan di kamar Clara?”

“Oh... bunda baru saja membangunkan adikmu, tetapi ia masih saja tertidur Bunda meminta tolong kepadamu untuk membangunkan nya lagi nanti karena Bunda ingin memasak untuk  sarapan pagi.”

“Baiklah bunda  Aldi akan membangunkan Clara Setelah selesai mandi dan sholat.” Jawab Aldi.

Bunda Dara dan Aldi berjalan bersama menuju ke bawah arah anak tangga. Sesampainya di bawah Bunda Dara mulai memasak di dapur dan Aldi segera mengambil handuk untuk mandi, ketika Aldi berjalan ke arah tempat handuk ia bertemu dengan ayah nizar dengan pakaian yang rapih.

“Tumben sekali ayah berpakaian rapih pagi ini?” Tanya Aldi.

“Pagi ini ayah akan menghadiri  rapat penting di kantor jadi ayah berpenampilan rapih. Ngomong-ngomong dimana ibumu sekarang?”

“Bunda berada di dapur sedang memasak sarapan untuk kita.”

“Baiklah.” Ayah Nizar berjalan menuju dapur.

Setelah berbincang-bincang Aldi pun mengambil handuk dan bergegas berjalan menuju ke kamar mandi dan Ayah Nizar mulai berjalan menghampiri Bunda Dara di dapur. Masakan sudah siap di sajikan Ayah Nizar membantu untuk menyiapkan sarapan pagi bersama Bunda Dara lalu terdengar langkah kaki dari arah kamar mandi yang akan menuju ke arah dapur. Bunda Dara melihat dan mengingatkan kembali kepada Aldi untuk membangunkan  adiknya yang masih tertidur di kamar.

 Aldi berjalan menuju anak tangga dan setelah sesampainya di atas pandangannya tertuju pada sebuah benda jam dinding yang menunjukan jarum jam pukul 06:00, Aldi segera bergegas ke kamarnya untuk berpakaian dan setelahnya ia  berjalan mengahampiri kamar Clara dan membangunkannya.

“Bangun... ini sudah pagi matahari sudah bersinar apakah kamu akan terus bermalas malasan dengan tertidur di kasur ini?” ucapan yang di lontarkan oleh Aldi.

“Baikkk aku bangun... tapi kenapa kau yang membangunkanku? Bukankah seharusnya bunda yang melakukannya.”

“Bunda sudah membangunkanmu tadi tetapi tetap saja kau tidak bangun, cepat turun kebawah sanah sarapan pagi sudah disiapakan, Bunda dan Ayah sudah menunggu kita.”

Clara pun terbangun dari ranjangnya ia berjalan menuju ke arah tirai lalu membuka jendela. Bagai disamabar petir di kepalanya, ketika Clara melihat keluar jendela mentari yang begitu menyengat terasa hangat oleh tubuhnya menghirup udara segar di pagi hari membuatnya merasa senang dan bersemangat menjalani hari.

“Aduh bersih sekali kamar ini, ranjang yang begitu berantakan dan buku buku tidak tertata rapih, baiklah kalau begitu aku akan segera merapihkan sekarang."

Setelah semunya terlihat rapih akhirnya Clara meninggalkan kamar nya dan berjalan kebawah menuju arah anak tangga. Ia melihat Bunda Dara dan Kakaknya Aldi sedang menikmati hidangan di pagi hari di meja makan, tetapi ia tidak melihat Ayah nizar karena ia sudah berangkat pergi bekerja untuk menghadiri rapat penting.

“Bunda dimana ayah? apakah dia tidak sarapan pagi  bersama kita?“

“Ayah sudah selasai dengan sarapannya saat kau masih tertidur dan langsung pergi berangkat bekerja.”

“Tumben sekali ayah pergi bekerja pagi sekali.”

“Ada rapat penting yang harus di hadirinya, jadi Ayah berangkat pagi.”

Aldi baru saja menutup pintu di luar dan saat tiba di dapur ia menghampiri Adiknya dan menyuruhnya untuk bersiap-siap agar tidak terlambat datang kesekolah. Setelah semuanya selesai Clara terlihat cemas karena ia merasa tidak akan ada yang mengantarnya kesekolah bahkan waktu sudah menunjukan jam 07:30 tersisa 30 menit lagi sebelum gerbang kampus tertutup. Rasanya tidak mungkin datang tepat waktu karena jarak rumah Clara dan kampus cukup jauh tidak seperti pada saat sebelumnya yang jaraknya hanya beberapa Km jarak sekolah dari rumahnya, Clara membuka pintu rumahnya dan memutuskan untuk berjalan kaki.

Saat kakinya melangkah untuk pergi lalu tiba-tiba terdengar suara tak jauh dari letak posisinya terdengar suara motor membelakanginya dan itu adalah Aldi. Ia berniat menawarkan tumpangan untuk pergi ke kampus karena tidak ada pilihan lain Clara menerima tawaran tersebut dan pegi bersama Kakaknya agar tepat waktu.

Angin begitu berhebus sepanjang jalan menikmati suasana di pagi yang cerah terdapat beberapa pepohonan yang  membuat udara menjadi sejuk, maka tak heran kota bandung menjadi salah satu kota terbaik di indonesia dengan berbagai tempat yang indah dan nyaman dengan ciri khasnya tersendiri. Tersisa 10 menit sebelum gerbang tertutup akhirnya mereka berdua sampai pada tujuan.

“Terima kasih sudah mau mengantarkanku, dengan adanya kau aku tidak terlambat datang.”

“Baiklah, sebagai gantinya berikan aku sesuatu karena aku sudah mengantarmu.”

“Apakah kau menyuruhku untuk aku membayarmu?” dengan tatapan Clara yang begitu terkejut kepada Aldi.

“Hanya bercanda... lebih baik kau masuk sekarang sebelum telambat dan lain waktu kau harus datang lebih pagi, belajarlah disiplin karena kau sudah dewasa sekarang. Aldi tertawa dan tersenyum setelah menjahili Adiknya itu

“Laksanakan kak.”

Clara berjalan masuk dan melangkahkan kakinya menuju arah tangga sekolah terdapat banyak sekali para mahasiswa-mahasiswi berada disana. Pandangan nya tertuju pada seorang gadis perempuan yang berjalan tak jauh dari hadapannya, dan itu adalah Sasha teman sekolahnya dulu ia tak menyangka dapat bertemu kembali dengan nya di sekolah yang sama. Dengan cepat Clara berjalan menghampiri Sasha yang berada di depannya, dari belakang ia memanggil namanya dan Sasha merasa terkejut terdiam sejenak membalikan badan lalu menatap Clara dengan senyuman hangatnya. Terdengar suara dari spiker mengumumankan kepada para mahasiswa-mahasiswi baru untuk berkumpul dilapangan Clara dan Sasha mereka berjalan segera menuju lapangan tersebut.

Setelah menjalani sebagai mahasiwa baru Clara dan Sasha akhirnya menjadi mahasiswi di kampus tersebut mereka memilih jurusan yang sama yaitu kedokteran karena mereka berdua memiliki cita-cita yang sama yaitu menjadi dokter. Menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswi menjadikan mereka berdua bersungguh-sungguh untuk mengapai impiannya itu, banyak perjuangan yang Clara dan Sasha telah mereka lakukan.

Mendapatkan banyak teman-teman baru menjadikan motivasi untuk giat dalam pembelajaran, Wisnu dan Ridho adalah salah satunya, mereka menjadi teman baru Clara Sasha walau berbeda jurusan tidak menghalangi mereka untuk bersahabat. Mendukung satu sama lain, saling mendukung serta membantu sudah seharusnya mereka lakukan.

Langit membentang sepanjang sore hari tidak adanya hujan membuat mereka berempat memilih untuk menyelesaikan tugas kuliah mereka di kampus bersama. Clara menelpon Bunda Dara untuk meminta izin pulang malam hari karena akan mengerjakan tugas kuliahnya bersama para sahabatnya. sama halnya, Ridho Wisnu dan Sasha mereka mengabari orang tuanya masing-masing untuk meminta izin. Tak terasa waktu begitu cepat ibarat roda yang berputar tinggal menghitung beberapa bulan untuk kelulusan mereka.

 “Setelah lulus nanti doakan aku teman teman aku akan menjadi guru matematika di salah satu sekolah karena itu adalah impianku sejak kecil, memberikan pendidikan bagi anak-anak bangsa ini untuk menjadikan mereka orang yang berilmu serta menjadikan mereka menjadi generasi muda yang berprestasi.” Ucap Wisnu kepada para sahabatnya.

“Aku pun akan menjadi seorang guru sejarah indonesia, karena generasi muda indonesia  tidak cukup untuk menghitung-hitung saja tetapi mereka membutuhkan wawasan serta mengetahui pentingnya sejarah yang terjadi karena akan berdampak pada masa depan.

“Kalian berdua memiliki cita-cita yang hebat, tentu saja aku akan mendoakan yang terbaik bagi kalian berdua dan kita semua.” Dengan suara yang  begitu bersemangat  terucap dari mulut Sasha.

“Baiklah kalau begitu aku harap kalian semua dapat menjadi apa yang kalian impikan, dapat membahagiakan kedua orang tua dengan usaha serta perjuangan kalian selama ini.” Wisnu memberikan nasihat kepada para sahabatnya itu.

“Siapp laksanakan komandan.” Semuanya begitu bersemangat bersuara.

“Bagaimana dengan kau Clara? setelah lulus nanti apakah kau akan meneruskan studi S1 untuk menjadi dokter?” Ucap Wisnu.

“Tentu saja untuk meraih impianku, aku harus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi  lagi.” Jawab Clara.

“Sepertinya langit sudah gelap, sebelum terlarut malam bagaimana kalau kita pulang saja?” Ucap Sasha pada semuanya sahabatnya itu.

“Aku setuju denganmu, walau tugas-tugas Wisnu dan aku belum selesai sepenuhnya lebih baik dilanjutkan di rumah saja.”  Ucap Ridho.

Mereka semua masing-masing  mulai meninggalkan tempat tersebut dan segera berjalan pegi menuju jalan pulang. Clara pulang bersama Sasha karena rumah mereka tidak berjauhan hanya berbeda jarak beberapa rumah saja. Angin dimalam hari begitu terasa dingin mereka pulang mengunakan angkutan umum, watku menunjukan jam 19:00 kemudian tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering di dalam saku celana Clara seperti seseorang yang menelpon.

Bunda Dara menelpon Clara dan mengabari bahwa Ayah Nizar tiba-tiba saja pingsan tak sadarkan diri dan sekarang sedang menuju rumah sakit untuk memeriksa keadaannya. Seketika rawut wajahnya berubah menjadi gelisah setelah mendengar hal itu, Clara dan Sasha dengan cepat menyusul ke rumah sakit. Sesampainya disana tampak terlihat semuanya berkumpul menghawatirkan keadaan Ayah Nizar menunggu hasil dokter dengan keadaannya saat ini. Dokter mengatakan bahwa nyawa Ayah nizar sudah tidak bisa di selamatkan lagi karena ia terkena serangan jantung.

Semua orang yang berada disana kaku terdiam seperti patung setelah  mendengar apa yang telah dikatakan oleh dokter itu. Clara dan Aldi menangis tak tertahan ibarat hujan yang begitu deras. Bunda dara meminta anak-anaknya harus mengerti dengan keadaan yang sudah terjadi.

“Kita harus sabar dan ikhlas karena semua ini sudah merupakan takdir Allah Swt.” Ucap Bunda Dara sambil meneteskan air mata kepada anak-anaknya.

“Bundaaa Clara masih tidak menyangka bahwa Ayah akan secepat ini meninggalkan kita.”

Aldi terdiam tidak bisa berkata-kata hanya menangis merenung merasakan hatinya seperti teriris pisau  karena orang yang disayanginya sudah tidak berada di dunia ini lagi. Sasha mencoba menenangkan dan menghibur Clara.

Pagi yang begitu cerah burung-burung bertebangan bebas di atas awan, pemakaman sudah mulai dilakukan saudara serta orang-orang terdekat mulai berdatangan termasuk teman-temannya Clara mendoakan yang terbaik bagi Ayah Nizar yang  merupakan sesosok Ayah yang baik hati serta pekerja keras dan sangat menyanyangi keluarganya. Clara beserta keluarganya harus menerima musibah yang sudah menimpanya.

Mengitung Beberapa minggu lagi tentang kelulusan Clara membuat dirinya harus melanjutkan studi S1 nya untuk menanggapai impiannya, tetapi semenjak Ayah Nizar sudah tidak ada lagi di dunia ini, perekonomian serta kebutuhan keluarga Clara semakin menurun walaupun saat ini Aldi sudah mulai bekerja tetapi penghasilannya hanya untuk mengcukupi kehidupan keluarganya saja. Clara harus menemukan cara untuk mememunhi biaya perkuliahan S1 nya nanti tanpa membebankan kebutuhan keluarganya.

Suasana kampus begitu ramai matahari akan terbenam langit segera berganti menjadi gelap sudah waktunya  mereka untuk pulang Clara dan Sasha berjalan bersama menuju gerbang. Terlihat dari kejauhan Wisnu dan Ridho sedang duduk di bawah pohon yang begitu besar sedang membahas sesuatu. Kemudian Clara dan Sasha datang menghampiri mereka berdua.

“Wisnu dan Ridho apa yang sedang kalian berdua bicarakan”? Tanya Sasha dengan penasaran.

“Kita berdua sedang membicarakan beasiswa keluar negeri.” Ucap ridho.

“Apakah beasiswa tersebut berlaku untuk semua fakultas? Kapan dan dimana tempat untuk mendapatkan beasiswa Itu?” Ucap Clara.

“Teman sefakultasku adalah seorang Osis, ia memberitahu kepadaku bahwa sebentar lagi akan di adakan perlombaan tinggkat cerdas cermat dari kampus kita untuk mendapatkan beasiswa full keluar negeri dan itu berlaku untuk semua fakultas. Dan untuk waktunya belum diketahui.” Jawab Wisnu kepada Clara

“Kalau begitu, Clara kau harus mempersiapkan diri untuk mengikut beasiswa itu karena itu merupakan salah satu cara untuk mewujudkan impianmu sebagai dokter.” Sasha memberi semanngat kepada Clara.

“Tapi bagaimana denganmu Sasha? Bukannya kau juga bercita-cita menjadi seorang dokter?”

“Kau tak perlu menghawatirkan diriku, lakukan saja apa yang aku katakan okee.”

“Terima Kasih sahabatku”.

“Aku yakin kau pasti dapat melakukannya, aku percaya padamu.”

“Keluargamu pasti bangga jika kamu berhasil”

Wisnu dan Ridho memberi semangat juga kepada Clara agar dapat mendapatkan beasiswa itu.

Kemudian keesokan harinya, para dosen memberitahu kepada mahasiswa-mahasiswi nya mengenai beasiswa yang akan diadakan di kampus tersebut. Beasiswa itu berlaku bagi mereka yang ingin melanjutkan program studi S1 dan S2 nya di luar negeri, para dosen memberitahu syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku termasuk tes di bidang akademik dan non akademik lalu mencoba menyuruh para muridnya untuk mendaftarkan dirinya karena ini terbatas dan pemenang beasiswa ini hanya 2 orang saja yang akan mendapatkannya. Clara membujuk Sasha untuk ikut mendaftar juga dan pada akhirnya mereka berdua mendaftarkan dirinya.

Bulan begitu bersinar menyinari malam, bintang-bintang bertebaran dilangit membuat suasana menjadi indah. Berada di meja belajar membuat Clara semangat untuk belajar karena perlombaan tersebut yang akan di laksanakan besok hari. Ia berdoa dan berharap mendapatkan beasiswa itu walaupun caranya tidak semudah yang di pikirkan, kerja keras ketekunan serta bersungguh menjadi motivasi dirinya. Sebagai Seorang Ibu dan seorang kakak pastinya Bunda Dara dan Aldi yang selalu berada disampingnya mendoakan yang terbaik untuk Clara bahwa mereka yakin dia dapat melakukannya.

Kemudian hari yang sudah dinanti oleh semua para peserta  mahasiswa-mahasiswi akhirnya terjadi. Clara dan Sasha sangat bersemangat untuk mengikuti lomba tersebut. Clara berpesan kepada Sasha jika dirinya tidak mendapatkan beasiswa itu, dirinya tidak akan bersedih karena sudah melakukan yang terbaik. Sasha menyakinkan Clara bahwa mereka berdua yang akan mendapatkan beasiswa itu. Perlombaan untuk mendapatkan beasiswa sudah dimulai masing-masing dari mereka sudah fokus pada tes yang sedang dijalaninya. Setelah semuanya selesai para peserta pengikut perlobaan berkumpul di lapangan, para juri  akan mengumumkan hasil dari perlobaan tersebut.

“Nama yang terpanggil dimohon maju kedepan untuk  mengambil penghargaan serta  beaswiswa full dari kampus ini.” Ucap juri kepada para peserta.

Clara dan Sasha berdoa dan berharap mereka berdualah yang akan mendapatkan beasiswa tersebut atau salah satu dari mereka yang menjadi pemenangnya. Allah Swt mendengar doa mereka. Kerja keras, bersungguh sungguh dan jujur dalam menjalaninya pada akhirnya para juri memanggil nama mereka berdua untuk maju kedepan mendapatkan penghargaan serta beasiswa karena nilai mereka memenuhi kriteria yang tinggi dari semua perserta yang mengikuti. Perasaan senang dan sedih becampur aduk, mereka berdua sangat bahagia karena dapat mewujudkan cita-citanya yang selama ini mereka inginkan dan membahagiakan kedua orang tua.

Sukses bukanlah kebetulan. Ia terbentuk dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan dan yang paling penting cinta akan hal yang sedang atau ingin kau lakukan.”

-Pele

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun