Konsep ini mengingatkan kita bahwa sebelum berjuang di medan perang atau di luar, perjuangan dalam mengendalikan diri kita sendiri adalah esensi dari jihad yang sejati.
Kedua, jihad bil-lisan atau perkataan yang baik.
Dalam dunia yang semakin terhubung dengan teknologi, penting untuk mengingatkan diri sendiri tentang potensi positif jihad bil-lisan, yaitu melalui kekuatan kata-kata dan komunikasi. Menggunakan ucapan untuk menyebarkan kebenaran, mempromosikan keadilan, dan mengajak pada kebaikan adalah bentuk jihad yang sering kali tidak diperhatikan. Rasulullah SAW. sendiri mengajarkan bahwa kata-kata yang baik adalah bentuk amal yang besar.
Ketiga, jihad melawan ketidakadilan dan kemiskinan.
Konsep jihad juga dapat diterjemahkan sebagai perjuangan melawan ketidakadilan dan kemiskinan. Dalam konteks ini, jihad menjadi panggilan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, dan menciptakan masyarakat yang lebih adil. Dengan melihat jihad sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan manusia, kita menjadi umat muslim yang sesuai dengan prinsip-prinsip sosial Islam.
Di tengah perpecahan dan ketegangan geopolitik yang berkaitan dengan konsep jihad, penting untuk meredakan perselisihan dengan pendekatan yang bijaksana. Mengaktualisasikan konsep jihad saat ini harus melibatkan penolakan terhadap ekstremisme, radikalisasi, dan pemahaman sempit. Pendidikan yang akurat, dialog antaragama, penggunaan media sosial yang bijak, dan promosi perdamaian dapat membantu menjembatani kesenjangan pemahaman terhadap jihad.
Dengan menghindari penafsiran sempit, kita dapat membangun pemahaman yang lebih damai tentang konsep jihad. Kemudian, akan membantu membentuk masyarakat yang lebih toleran, adil, dan harmonis sesuai misi yang dibawa oleh agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H