Mohon tunggu...
Ryas Ramzi
Ryas Ramzi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa S1 program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sering menepi di sudut-sudut kota untuk memproduksi ide-ide yang akan dibagikan dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam Ramah Lingkungan

30 Agustus 2023   17:28 Diperbarui: 30 Agustus 2023   17:34 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 28 Agustus 2023, IQ Air mengukur konsentrasi particulate matter PM 2,5 udara Jakarta enam kali lebih buruk dari batas aman dan masuk deretan kota besar di dunia dengan polusi udara terburuk. Sangat berbahaya, terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Pekatnya polusi juga mengganggu aktivitas masyarakat sehari-hari.

Kondisi lingkungan hari ini yang semakin krisis dan kompleks telah mendorong kita semua untuk merefleksikan peran dalam menjaga kelestarian kota ini, lebih luasnya adalah planet ini.

Ajaran agama memiliki potensi besar untuk membentuk paradigma dan tindakan manusia terhadap alam. Islam memiliki pandangan unik tentang hubungan antara manusia dan lingkungan. Konsep amanah atau tanggung jawab sebagai "khalifah" di bumi, serta nilai-nilai tentang penghematan, kebijaksanaan, dan keseimbangan, membentuk dasar yang kuat bagi dakwah yang ramah lingkungan.

Tulisan singkat ini akan memberikan sedikit gambaran bagaimana nilai-nilai lingkungan dalam Islam dapat diintegrasikan dan diaplikasikan ke dalam dakwah sehingga mendorong kesadaran dan aksi kolektif dalam menjaga alam.

Pemahaman tentang hubungan antara manusia dan alam dalam Islam didasarkan pada konsep amanah. Amanah mengajarkan bahwa manusia adalah "khalifah" di muka bumi, yang diberikan tanggung jawab untuk merawat dan menjaga ciptaan-Nya; termasuk sumber daya alam.

Dalam Q.S Al-A'raf ayat 31, Allah berfirman yang artinya, "Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap masjid dan makan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan".

Konsep amanah ini melandasi pentingnya menjaga keseimbangan dalam penggunaan sumber daya alam. Islam mengajarkan agar manusia tidak berlebihan dalam konsumsi dan melarang tindakan eksploitasi, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis tentang penghematan dan kebijaksanaan.

Salah satu aspek penting dari dakwah terhadap lingkungan adalah pengelolaan sampah dan menjaga kebersihan lingkungan. Islam telah mengajarkan tentang pentingnya membersihkan lingkungan sejak awal. Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT. itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Dalam hal ini, dakwah dapat mengajarkan praktik-praktik yang berkelanjutan, seperti daur ulang, pengurangan plastik sekali pakai, dan pengelolaan limbah yang lebih efektif. Dakwah juga dapat mengilhami masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sederhana dengan mengurangi produksi limbah.

Dalam dunia pertanian, nilai-nilai lingkungan dalam Islam dapat diimplementasikan melalui pertanian berkelanjutan. Islam mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam penggunaan tanah dan air.

Dakwah dapat mendorong pertanian organik, pemupukan alami, dan irigasi yang efisien. Prinsip-prinsip ini tidak hanya menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik, tetapi juga mendukung kelestarian lingkungan.

Dalam pandangan Islam, semua makhluk ciptaan Allah memiliki hak untuk hidup dengan aman. Nabi Muhammad SAW. melarang penyiksaan terhadap hewan dan mengajarkan perlunya memberikan makanan dan minuman yang baik kepada mereka.

Para pedakwah dalam muatan materinya dapat mempromosikan perlindungan terhadap hewan, termasuk tanggung jawab untuk tidak membuang-buang makanan dan menghindari praktik-praktik yang merugikan ekosistem.

Dakwah juga dapat berperan sebagai alat edukasi. Khutbah Jumat, kelas agama, dan media sosial adalah sarana yang efektif untuk menyebarkan pemahaman tentang nilai-nilai lingkungan dalam Islam.

Dakwah terhadap lingkungan harus memberikan pengetahuan tentang dampak negatif dari polusi dan perubahan iklim serta memberikan alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Apakah dengan cara-cara itu sudah cukup? Tentu tidak.

Dakwah yang sukses dalam lingkungan memerlukan kolaborasi dan aksi sosial. Masyarakat, lembaga pemerintah, dan organisasi lingkungan harus bersinergi untuk mengatasi tantangan lingkungan.

Melalui kampanye membersihkan pantai, program penanaman pohon, atau program daur ulang yang dilakukan komunitas, dakwah dapat menginspirasi tindakan konkret yang mendukung aksi keberlanjutan.

Namun, dakwah terhadap lingkungan juga dihadapi oleh tantangan yang perlu diatasi. Edukasi yang berkelanjutan, kolaborasi lintas sektor, dan mengatasi resistensi terhadap perubahan adalah beberapa dari tantangan tersebut. Dengan semangat kepemimpinan dan tindakan kolektif, dakwah lingkungan memiliki potensi besar untuk mengubah pandangan dan tindakan masyarakat terhadap alam dan bumi yang menjadi rumah bagi kita semua.

Dengan menggabungkan nilai-nilai agama dengan pemahaman tentang isu lingkungan yang mendesak, dakwah yang berfokus pada lingkungan dapat membantu membentuk masyarakat yang peduli dan peduli terhadap alam sehingga Islam ramah lingkungan bukanlah slogan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun