Indonesia, negeri dengan keindahan dan kekayaan alamnya yang menakjubkan serta keanekaragaman budaya dan agama yang tak tertandingi. Terhampar di antara ribuan pulau, Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis dan ratusan bahasa serta menjadi tempat bersemayam bagi berbagai agama yang menghormati kepercayaan masing-masing.
Dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia telah menyaksikan kisah-kisah yang memukau tentang bagaimana harmoni bisa diwujudkan dalam keragaman ini melalui perjalanan dakwah multikultural yang menginspirasi.
Di dalam lanskap budaya dan agama yang begitu beragam ini, terdapat pesan-pesan penting tentang inklusivitas, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama. Salah satu kisah yang paling menyentuh hati adalah perjalanan para pemuka agama, aktivis sosial, dan tokoh masyarakat yang berani dan berkomitmen untuk membawa pesan multikulturalisme melintasi batasan-batasan yang pernah ada.
Melalui cerita-cerita inspiratif mereka, mari kita memandang kehidupan dan perbedaan dengan lensa yang lebih luas, mendorong kita untuk berbicara satu sama lain dengan saling menghormati, dan membangun jembatan dari keberagaman menuju kesatuan.
Gus Dur dan visi multikulturalismenya
Dalam perjalanan dakwah multikultural di Indonesia, salah satu tokoh yang tidak dapat dilewatkan adalah Kyai Haji Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. Beliau lahir pada tahun 1940 di Jombang, Jawa Timur, menjadi titik awal perjalanan yang penuh makna ini. Gus Dur tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai agama, di bawah pengaruh ayahnya yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU)---Organisasi yang menjadi bagian penting dalam membentuk pandangan Gus Dur tentang Islam dan keragaman.
Gus Dur bukanlah tokoh yang berbicara dari teori semata. Dia mengambil peran nyata dalam membangun dakwah multikultural di Indonesia melalui pendekatan yang inklusif dan toleran. Salah satu langkah awalnya adalah melalui pendirian organisasi Yayasan LibForAll, yang bertujuan untuk mempromosikan toleransi dan perdamaian antaragama.
Di samping itu, sebagai presiden keempat Indonesia, Gus Dur juga memegang kendali penuh dalam upaya membangun negara yang inklusif dengan menghargai dan melibatkan berbagai komunitas agama.
Visi multikulturalisme Gus Dur tergambar dalam pendekatan dakwahnya yang mengedepankan dialog. Ia percaya bahwa dialog adalah jalan menuju pemahaman yang lebih baik di antara berbagai kelompok agama dan budaya. Lewat dialog ini, Gus Dur mengajak masyarakat untuk merangkul perbedaan dan melihat keberagaman sebagai sumber kekayaan yang tak ternilai. Pesannya yang terus beresonansi adalah bahwa semua agama mengajarkan nilai-nilai universal seperti cinta kasih, penghargaan terhadap keberagaman, dan keadilan.
Dialog antaragama
Dialog antaragama telah menjadi salah satu elemen inti dalam perjalanan dakwah multikultural di Indonesia. Organisasi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah contoh penting bagaimana dialog dapat menjadi alat yang kuat untuk mempromosikan pemahaman lintas agama. MUI mengadakan pertemuan rutin antara pemimpin agama-agama utama di Indonesia untuk membahas isu-isu yang relevan bagi masyarakat.
Melalui dialog semacam ini, pemahaman akan keyakinan masing-masing agama ditingkatkan. Hal ini membuka pintu bagi penemuan titik persamaan dalam ajaran-ajaran agama yang kadang-kadang terlupakan akibat perbedaan yang lebih terlihat. Berbicara tentang persamaan-persamaan ini, MUI dan organisasi serupa telah membantu membangun dasar yang kuat untuk menghormati dan menghargai perbedaan dalam beragama.
Budaya lokal sebagai simbol persatuan
Dalam perjalanan dakwah multikultural, budaya lokal di Indonesia telah memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai inklusivitas. Wayang kulit, misalnya, adalah salah satu bentuk seni yang mendalam dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Lewat cerita-cerita yang dikisahkan melalui wayang kulit, nilai-nilai moral dan etika diajarkan kepada khalayak. Tokoh-tokoh dalam pementasan wayang kulit sering mewakili prinsip-prinsip yang dihormati dalam kehidupan sehari-hari, seperti keadilan, kesetiaan, dan pengorbanan.
Tari kecak, yang memiliki akar dari Bali adalah bentuk pertunjukan lain yang memperlihatkan keberagaman budaya Indonesia. Dalam tarian ini, puluhan penari saling bergandengan tangan membentuk lingkaran, menciptakan gerakan yang harmonis dan simbolis. Ini adalah gambaran visual yang kuat tentang bagaimana keragaman dapat membentuk kesatuan yang indah, jika setiap elemennya bersatu dalam gerakan yang sama.
Dalam perjalanan dakwah multikultural, tidak ada jalan yang mulus. Tensi antaragama, isu politik, dan tantangan sosial ekonomi dapat mengganggu stabilitas kerukunan. Akan tetapi, hal ini tidak boleh menghalangi semangat kita untuk mencapai harmoni dalam keragaman. Dengan belajar dari sejarah, masyarakat Indonesia terus memperjuangkan impian akan masyarakat yang inklusif dan terbuka. Melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dan pendidikan multikultural, harapan akan masa depan yang lebih baik tetap membara.
Kisah-kisah dakwah multikultural di Indonesia adalah cerminan nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, semboyan nasional yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Dalam dunia yang semakin terhubung, cerita-cerita ini mengilhami banyak individu dan masyarakat lain untuk memelihara dan merayakan keragaman dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai suatu bangsa yang bercerita, Indonesia telah membawa kita dalam perjalanan menggugah tentang bagaimana keragaman dapat menjadi sumber kekuatan yang mempersatukan. Perjalanan dakwah multikultural ini adalah tantangan dan panggilan bagi setiap individu, lembaga, dan pemerintah yang ingin mewujudkan visi masyarakat yang inklusif dan berdamai dalam keanekaragaman yang kaya ini.
Kisah inspiratif, seperti yang telah disampaikan melalui perjalanan Gus Dur dan berbagai upaya dialog antaragama, mengingatkan kita bahwa dalam keragaman kita menemukan kekayaan yang tak ternilai. Dengan terbuka mendengar dan menghormati satu sama lain, kita mampu membina jembatan-jembatan menuju kesatuan yang sesungguhnya. Inilah inti dari dakwah multikultural di Indonesia; sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir.
Harmoni dalam keragaman bukanlah tujuan akhir, tetapi proses yang terus berjalan. Ini semua adalah perjalanan tanpa akhir menuju pemahaman yang lebih dalam, keberanian untuk berdialog dengan setiap perbedaan, dan komitmen untuk menghormati setiap individu. Ketika kita mampu menjalani perjalanan ini dengan integritas dan kasih sayang, kita tidak hanya menciptakan kerukunan di Indonesia, tetapi juga memberikan teladan yang menginspirasi dunia.
Mari kita bersama-sama menjaga api semangat ini tetap membara dalam hati dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Kita berdiri di titik balik sejarah yang dapat membentuk nasib dan membawa perubahan positif yang jauh ke masa depan. Harmoni dalam keragaman adalah warisan berharga yang perlu kita bawa dan wariskan kepada generasi mendatang. Kita dapat menjadi pelaku dalam kisah dakwah multikultural, mengukir jejak-jejak harmoni yang akan beresonansi hingga anak cucu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H