Mohon tunggu...
Ryas Ramzi
Ryas Ramzi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa S1 program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sering menepi di sudut-sudut kota untuk memproduksi ide-ide yang akan dibagikan dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dakwah Multikultural: Jejak Harmoni dalam Keanekaragaman di Indonesia

10 Agustus 2023   17:14 Diperbarui: 10 Agustus 2023   17:43 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi multikultural. Sumber: pexels.com

Dalam perjalanan dakwah multikultural, budaya lokal di Indonesia telah memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai inklusivitas. Wayang kulit, misalnya, adalah salah satu bentuk seni yang mendalam dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Lewat cerita-cerita yang dikisahkan melalui wayang kulit, nilai-nilai moral dan etika diajarkan kepada khalayak. Tokoh-tokoh dalam pementasan wayang kulit sering mewakili prinsip-prinsip yang dihormati dalam kehidupan sehari-hari, seperti keadilan, kesetiaan, dan pengorbanan.

Tari kecak, yang memiliki akar dari Bali adalah bentuk pertunjukan lain yang memperlihatkan keberagaman budaya Indonesia. Dalam tarian ini, puluhan penari saling bergandengan tangan membentuk lingkaran, menciptakan gerakan yang harmonis dan simbolis. Ini adalah gambaran visual yang kuat tentang bagaimana keragaman dapat membentuk kesatuan yang indah, jika setiap elemennya bersatu dalam gerakan yang sama.

Dalam perjalanan dakwah multikultural, tidak ada jalan yang mulus. Tensi antaragama, isu politik, dan tantangan sosial ekonomi dapat mengganggu stabilitas kerukunan. Akan tetapi, hal ini tidak boleh menghalangi semangat kita untuk mencapai harmoni dalam keragaman. Dengan belajar dari sejarah, masyarakat Indonesia terus memperjuangkan impian akan masyarakat yang inklusif dan terbuka. Melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dan pendidikan multikultural, harapan akan masa depan yang lebih baik tetap membara.

Kisah-kisah dakwah multikultural di Indonesia adalah cerminan nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, semboyan nasional yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Dalam dunia yang semakin terhubung, cerita-cerita ini mengilhami banyak individu dan masyarakat lain untuk memelihara dan merayakan keragaman dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai suatu bangsa yang bercerita, Indonesia telah membawa kita dalam perjalanan menggugah tentang bagaimana keragaman dapat menjadi sumber kekuatan yang mempersatukan. Perjalanan dakwah multikultural ini adalah tantangan dan panggilan bagi setiap individu, lembaga, dan pemerintah yang ingin mewujudkan visi masyarakat yang inklusif dan berdamai dalam keanekaragaman yang kaya ini.

Kisah inspiratif, seperti yang telah disampaikan melalui perjalanan Gus Dur dan berbagai upaya dialog antaragama, mengingatkan kita bahwa dalam keragaman kita menemukan kekayaan yang tak ternilai. Dengan terbuka mendengar dan menghormati satu sama lain, kita mampu membina jembatan-jembatan menuju kesatuan yang sesungguhnya. Inilah inti dari dakwah multikultural di Indonesia; sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir.

Harmoni dalam keragaman bukanlah tujuan akhir, tetapi proses yang terus berjalan. Ini semua adalah perjalanan tanpa akhir menuju pemahaman yang lebih dalam, keberanian untuk berdialog dengan setiap perbedaan, dan komitmen untuk menghormati setiap individu. Ketika kita mampu menjalani perjalanan ini dengan integritas dan kasih sayang, kita tidak hanya menciptakan kerukunan di Indonesia, tetapi juga memberikan teladan yang menginspirasi dunia.

Mari kita bersama-sama menjaga api semangat ini tetap membara dalam hati dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Kita berdiri di titik balik sejarah yang dapat membentuk nasib dan membawa perubahan positif yang jauh ke masa depan. Harmoni dalam keragaman adalah warisan berharga yang perlu kita bawa dan wariskan kepada generasi mendatang. Kita dapat menjadi pelaku dalam kisah dakwah multikultural, mengukir jejak-jejak harmoni yang akan beresonansi hingga anak cucu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun