Di tengah riuhnya kehidupan saat ini, Islam terus mengajarkan kita untuk merangkul nilai-nilai inklusif, empati, dan kesetaraan. Dalam upaya menerjemahkan ajaran tersebut menjadi tindakan nyata, dakwah telah menjadi jembatan antara pemahaman dan aksi bagi umat muslim.
Namun, dalam dinamika dakwah yang progresif, ada satu dimensi yang tidak boleh dilupakan; dakwah hak disabilitas. Ini adalah panggilan untuk membentuk dunia yang lebih hangat, inklusif, dan penuh kasih bagi saudara-saudara kita yang memiliki tantangan fisik atau mental---Saya lebih suka menggunakan kata "tantangan" daripada "keterbatasan".
Tidak dapat dipungkiri, langkah-langkah inovatif dalam dakwah telah mengilhami banyak orang, khususnya Da'I dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan dalam lingkungan yang beragam. Akan tetapi, kita perlu lebih dari sekadar mengamati, kita perlu merangkul dengan sepenuh hati.
Penghargaan terhadap semua lapisan masyarakat merupakan manifestasi ajaran agama ini. Dakwah, sebagai penyebaran ajaran Islam, sudah seharusnya tidak hanya terbatas pada pengajaran dan ibadah, tetapi juga harus mencerminkan sikap inklusif terhadap penyandang disabilitas.
Penghormatan terhadap penyandang disabilitas berkelindan dengan ajaran ini. Q.S Al-Isra ayat 70 yang artinya:
"Dan Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, dan Kami Rezekikan kepada mereka dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan."
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan kehormatan kepada manusia dengan segala potensi dan kapabilitasnya. Ayat ini mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, memiliki nilai dan potensi yang patut dihormati. Oleh karena itu, dakwah hak disabilitas adalah bagian dari menghargai kehormatan yang diberikan Allah kepada semua manusia.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad SAW. Bersabda:
"Allah tidak melihat kepada tubuh dan wajahmu, tetapi kepada hati dan amal-amalmu." (HR. Muslim).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa pandangan Allah lebih fokus pada hati dan niat seseorang daripada penampilan fisiknya. Oleh karena itu, dalam dakwah hak disabilitas, sikap hormat dan penghargaan terhadap individu dengan disabilitas tidak hanya berdasarkan pada kondisi fisik mereka, tetapi lebih pada hati yang ikhlas dan potensi untuk berkontribusi dalam masyarakat.