Penulis mengatakan “Kajian terhadap Al-Qur’an dan hadis telah berjalan dalam sejarah yang cukup panjang. Al-Qur’an adalah wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal kemanusiaan. Ia diturunkan untuk dijadikan petunjuk, tidak hanya untuk sekelompok manusia, tetapi juga untuk seluruh manusia hingga akhir zaman. Meskipun demikian, Al-Qur’an bukanlah kitab ensiklopedi yang memuat segala hal. Al-Qur’an semestinya tidak ditonjolkan sebagai kitab antik yang harus dimitoskan karena hal tersebut bisa menciptakan jarak antara Al-Qur’an dengan realitas sosial.” yang berarti Al-Qur’an tidak hanya diperuntukan pada zaman Nabi saja, melainkan untuk tuntunan umat manusia hingga akhir zaman.
“Susunan ayat dan surah dalam Al-Qur’an memiliki keunikan yang luar biasa. Sesungguhnya tidak secara urutan saat wahyu diturunkan dalam subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu karena dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang bertindak sebagai editor yang menyusun kembali kata-kata buku orang lain dan mengubah urutan kalimat, tentu akan mudah memengaruhi seluruh isinya. Oleh sebab itu, hasil akhir tidak dapat diberikan kepada pengarang karena hanya sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan materi guna menjaga hak-haknya.” -M.M. Al-Azhami (seorang cendikiawan terkemuka di bidang ilmu hadis).
Dalam buku ini penulis menuliskan, memetakan abad, tokoh, dan karya-karya yang membuktikan adanya munasabah, keterkaitan, dan kesatuan Al-Qur’an yang komprehensif sebagaimana berikut.
Abad
Tokoh
Karya