Ironisnya, seperti yang sempat disinggung di awal, masih ada di antara anak-anak organisasi yang men-judge orang yang tidak ikut organisasi atau para kupu-kupu. Keorganisasian akhirnya malah menjadi Echo Chamber lainnya yang mensirkulasikan suara-suara seragam dari para aktivis ini. Bahkan suara-suara dari kupu-kupu sering dianggap tidak relevan karena dirasa tidak memiliki kompleksitas pemikiran yang setara dengan para kura-kura dan semuanya dipukul rata sebagai "apatis". Pendapat apatis tidak relevan karena dia sendiri saja tidak mau "terjun langsung". Kalau kamu anak organisasi dan masih mikir gini, duh, kopimu kurang hitam.
Poinnya adalah, mengurangi kegiatan non-akademis belum tentu akan membuat nilai akademis bertambah dan mengikuti organisasi kemahasiswaan bisa menjadi pilihan yang worth it karena bisa mengasah aspek sosial dalam membiasakan diri menghadapi orang dengan pandangan yang berbeda-beda.Â
Jika kamu sedang galau apakah ingin ikut organisasi atau tidak, cukup ingat bahwa di zaman sekarang kura-kura bukanlah hewan paling superior di kampus, kupu-kupu di era digital, atau bahkan kuda-kuda (kuliah-dakwah kuliah-dakwah) bisa sama bahkan lebih bermanfaat daripada kura-kura. Jika kamu rasa bisa mendapat manfaat organisasi yang sudah dijelaskan tadi dari tempat lain yang lebih kamu senangi, silahkan saja. Apapun yang kamu pilih, ketahuilah bahwa kamu berhak menentukan pilihan itu. Kan udah gede.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H