Mohon tunggu...
Ramy D Humam
Ramy D Humam Mohon Tunggu... -

Arsitek yang kebanyakan nonton TV Series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Penting Ikut Organisasi Saat Kuliah?

8 Oktober 2017   20:53 Diperbarui: 8 Oktober 2017   20:58 11054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maujud dari pembengkakan itu bisa berupa penunda-nundaan, keasikan nyimak drama A'a Utap vs Rando, atau scroll-scroll kolom komentar Lambe Turah. Kalau akhirnya pekerjaan yang dikerjakan dengan alokasi waktu tiga hari pun sama saja dengan yang alokasi waktu tiga jam, bukankah dua hari 19 jam sisanya lebih baik dimanfaatkan untuk selain mengerjakan tugas itu? Ikut organisasi, misalnya. Akhirnya, cara untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bukannya dengan mengurangi kegiatan, tapi malah mengalokasikan waktu yang pas untuk kegiatan-kegiatan tersebut.

Bersosial di organisasi juga memberi kita keuntungan dibanding hanya bersosial melalui internet. Internet memberi kemerdekaan bagi kita untuk memilih sendiri lingkaran pergaulan yang ingin kita masuki. Kalau kamu suka Petualngan Sherina, misalnya, tinggal klik subforum Penggemar Petualangan Sherina dan bisa ngomongin fakta-fakta tentang Petualangan Sherina sepuasmu yang mungkin tidak akan selalu bisa dengan teman-teman dunia nyata. Dan kemungkinan, seisi subforum akan memiliki pemikiran yang sama juga, karena semuanya suka Petualangan Sherina. 

Dikelilingi oleh orang-orang yang sepemikiran membuat kita nyaman dan akhirnya kita hanya mau dikelilingi oleh orang-orang yang sepemikiran saja. Ini disebut Cyberbalkanization, ketika internet terbagi menjadi grup-grup dengan ketertarikan yang sama sampai pada tingkat grup-grup tersebut enggan menerima pendapat yang bersebrangan dengan pendapat mereka. Contohnya, subforum yang berisi para penggemar Petualangan Sherina cenderung tidak akan menerima pendapat orang luar yang bilang Petualangan Sherina jelek (lagian, orang tak berbudaya macam apa yang gak suka Petualangan Sherina, hah!? eh... tuh kan).

Ini juga terjadi di media sosial kita, ketika algoritma facebook hanya menampilkan status dari orang-orang yang "dekat" dengan kita. Definisi "dekat"-nya facebook adalah orang yang sering berinteraksi dengan kita di facebook, seperti jika kita sering memberi like dan komentar di statusnya.

 Karena biasanya status yang kita like adalah yang sepemikiran dengan kita, lama kelamaan, timeline facebook kita isinya hanya status-status yang sepemikiran dengan kita. Akhirnya, kita tidak dapat asupan perspektif lain dan terbentuklah apa yang disebut Echo Chamber, sebuah ruang gema yang kedengerannya memang suaranya banyak, tapi sesungguhnya hanya gema-gema dari suara yang "sama"

Jangan salah, dikelilingi oleh orang-orang yang sehati, sepemikiran, dan share the same value and world view tentunya memiliki pengaruh yang positif, bahkan bisa membuat kita bahagia. Yang perlu diingat adalah, dunia nyata tidak selalu seperti itu. Ia beragam, berwarna-warni, dan penuh dengan orang-orang dengan pemikiran yang berbeda-beda. Orang yang tidak terbiasa berhadapan dengan orang yang berbeda pandangan dengannya, akan kesulitan meng-handle perbedaan itu, laiknya seorang jomblo yang tak pernah bergaul, akan gelagapan ketika berhadapan dengan Chelsea Islan. Organisasi adalah tempat yang pas untuk membiasakan diri berhadapan dengan orang yang berbeda pikiran.

Walaupun memiliki tujuan yang sama, orang-orang di dalam organisasi pastinya memiliki pemikiran yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam organisasi yang sehat, pemikiran yang berbeda-beda tersebut akan dibenturkan satu sama lain lewat diskusi-diskusi atau rapat.

 Ini sangat baik untuk berlatih berhadapan dengan orang yang memiliki pemikiran yang berbeda, menjadi pendengar yang baik, mencoba memandang sesuatu lewat perspektif orang lain, sampai akhirnya mempertimbangkan kembali pendapat kita berdasarkan informasi baru tersebut. Tentu saja dalam prosesnya, sering kali diskusi menjadi panas dan tensi menjadi tinggi, tapi semua itu akhirnya menjadi bagian dari pembelajaran bagaimana mengkomunikasikan perbedaan itu dengan apik.

Salah satu kemewahan dalam mengikuti organisasi adalah kita bisa bertengkar tanpa rasa benci.

Artinya, dalam rapat dan diskusi boleh saja berdebat panas dengan orang yang berbeda pandangan dengan kita, tapi tidak sampai menimbulkan kebencian terhadap orang tersebut. Ketika rapat atau diskusi selesai, kita bisa ngopi dan ketawa-ketawa bareng lagi, karena semuanya sadar bahwa yang kita adu gagasan kita, bukan pribadi. Dalam tatanan personal, kita tetap saudara. Pendewasaan seperti inilah yang bisa kita dapatkan di iklim organisasi yang sehat, dan akhirnya akan membentuk pola sikap kita jika berhadapan dengan orang yang berbeda pemikiran di kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu, ketika Suparjo berhadapan dengan orang yang beda pendapat dan langsung menganggap orang itu salah, mencap macam-macam, bahkan ngata-ngatain dan ngamuk-ngamuk, saya rasa, bukan berarti Suparjo orang jahat, kesetanan, atau habis nenggak pil PCC. Mungkin saja itu hanya bentuk "gelagapan"-nya karena dia tidak terbiasa diskusi, tidak terbiasa masuk ke dalam perspektif orang lain, dan tidak terbiasa menghormati pendapat yang berbeda dengan pendapatnya, atau bahasa kerennya agree to diasgree. Karena Suparjo terlalu lama dan terlalu nyaman berada dalam  Echo Chamber nya dimana semua orang sependapat dengan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun