Aku berandai-andai sedang bertanya kepada filsuf dimasa lalu
Mengapa kalian menjelajahi pengetahuan?
Lalu Plato berkata sebab pengetahuan termasuk dalam perilaku manusia, ia mengalir dalam sumber utama, termasuk keinginan dan emosi
Aku mencoba memahami itu, lalu aku bertanya kepada filsuf lagi
Jadi pengetahuan termasuk dalam perilaku manusia, apakah ketika aku berfikir itu merupakan proses dari menjelajahi pengetahuan?,
Aku bertanya dengan rasa penasaran
Lalu Rene Descartes berseru selama engkau berfikir maka engkau hidup maka engkau ada itu merupakan proses dari menjelajahi pengetahuan.
Filsuf lainnya yaitu Heidegger menambahkan, manusia memiliki kesadaran yang lebih tinggi daripada makhluk lainnya, dengan akal budi, kita menyadari bahwa kita ada dan hidup, akal budi lah yang membawa itu, kehidupan atau keberadaan
Lalu aku berkata, aku pernah mendengar Aristoteles membicarakan akal budi, akal budi itu memang membedakan kita dengan makhluk hidup yang lainnya, tetapi disetiap hari-hariku berfikir tentang keberadaan, pikiranku menjangkau yang tak terhingga, entah karena lelahku maka dari itu aku selalu mengadu, tanyaku di dalam sepi,
Jadi ini ada kaitannya aku ingin bertanya apakah memang akal budi yang menyentuh keterbukaan kepada yang tak terhingga, yang membawaku mengadukan isi dari kepalaku atau sebatas meminta kedamaian dari pertolongannya?
Aquinas sambil melihat pilar pada bangunan renaissance lalu berkata padaku, dengan akal budinya yang terbuka pada yang tak terhingga inilah maka Tuhan bisa mewahyukan dirinya pada manusia, namun manusia hanya memiliki potensi keterbukaan itu.
Jadi hanya sang ilahi yang memenuhi keterbukaan itu, tanyaku dalam hening.
Aquinas menegaskan, hanya sang ilahi.
Pertanyaan berakhir dan aku merenungkan, kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi dalam keterbukaan itu.
Samarinda, 17 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H