Menjalani keseharian tanpa alas kaki untuk berburu dan melakukan berbagai aktivitas berat, suku Huaorani dapat diidentifikasi dengan bentuk kaki mereka yang lebar. Namun, diketahui juga bahwasanya suku tersebut memang memiliki keunikan tersendiri di bagian kaki, seperti jumlah jari yang melebihi normal, posisi jari kaki yang tidak simetris, dan sebagainya.Â
Tanpa meragukan tingkat primitif dari suku Huaorani, mereka dipercaya merupakan suku Amerindian asli yang mampu berkomunikasi dengan bahasa beruang dan diyakini sebagai makhluk hidup paling ditakuti di hutan Amazon (Whitten Jr, 2003). Layaknya tokoh film Tarzan yang melegenda, keberadaan suku Huaorani seolah-olah membuktikan bahwa kehidupan dalam film tersebut adalah nyata.
Memanjat pohon tanpa perlengkapan khusus dan memburu binatang besar hanya bermodalkan sumpit beracun merupakan keseharian suku Huaorani sehingga menjadikan mereka salah satu suku paling terampil di kawasan Amazon.Â
Namun, diketahui bahwa sikap menutup dari dunia luar yang diterapkan suku Huaorani tidak begitu intens dibandingkan masa-masa sebelumnya, dapat dibuktikan dengan metode berkomunikasi suku tersebut yang telah mengunakan bahasa asli Ekuador dari Spanyol.Â
Berbeda dengan suku pada umumnya, suku Huaorani juga dikenal tidak menolak mentah-mentah akan perkembangan yang ada meskipun penduduknya dikenal sangat keras dan tangguh dalam melindungi wilayahnya.Â
Oleh karena itu, diketahui bahwa pemerintah setempat kemudian mencoba untuk membuat suku Huaorani hidup berdampingan dengan dunia luar tanpa mengusik tradisi murni atau wilayah tempat tinggalnya (Wierucka, 2018).Â
Diketahui bahwa radio telah menjadi barang yang cukup umum di setiap rumah suku Huaorani dan mereka juga terbuka pada turis yang hendak mengenal hutan Amazon lebih dalam. Walaupun adaptasi lebih lanjut masih perlu dibutuhkan demi menghindari kesalahpahaman yang membahayakan kedepannya.Â
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suku-suku terpencil di dunia memiliki keunikannya masing-masing serta memiliki pendirian yang berbeda-beda terhadap modernisasi. Hal tersebut secara lebih lanjut membuktikan betapa besar diversitas suku, budaya, dan tradisi yang dimiliki dunia ini terlepas dari globalisasi yang seolah-olah menjadikan dunia seperti homogen.
Referensi:
Brady, Jennifer, E, 1997. "The Huaorani Tribe of Ecuador: A Study in Self-Determination for Indigeneous Peoples", Harvard Human Rights Journal, Vol. 10, hlm 291-312.
Whitten Jr, Norman E., 2003. "Trekking Through History: The Huaorani of Amazonia", Tipiti: Journal of the Society for the Anthropology of Lowland South America, 1 (2): 223-227.