Sueb menoleh kekiri dimana sura itu berpusat.
"kenapa mang Sueb melamun?"
"ah kamu Dul,,ini tadi ada cewek beli es,,itu pakaiannya udah tipis kurang bahan lagi,,dadnya di biarkan tersenyum ke mamang,Dul"
"wew si mang Sueb,,ingat mang bini di rumah"
"bukan itu,Dul,,mamang gak habis pikir,kenapa cewek sekarang lebih senang memperlihatkan kemolekan tubuhnya,pada gak sayang sama dirinya dengan membiarkan orang lain menonton dengan bebas daerah yang seharusnya jadi istimewa"
"ih,mang,,mereka bilang kalau terbuka itu indah dan seni,membuat mata lawn jenis sepeti mau loncat itu kebanggaan"
"hehe iah meureunnya,,padahal kalau trebungkus lebih mahal harganya ya,Dul?"
"mungkin,mang"
"bukan mungkin tapi pasti,,motor aja yang masih di bungkus plastik mah mahal,dul beda ma motor yang sudah seringkali di pake dan tidak bungkus,,murah banget"
"eh iyah,Dul,,mamang pulang dulu,,"
Sueb berjalan menuju rumahnya dibarengi tatapan Abdul dengan tersenyum,matahari pun terus turun bersembunyi dengan perlahan membuat bayangan Sueb memanjang.