Mohon tunggu...
Aziddin Ramli
Aziddin Ramli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Paling suka dipanggil BANG RAMLI. Berdomisili di kota Jogjakarta sejak SMP (dari masa remaja lulus SMP hingga saat ini). Beristrikan seorang wanita asli Jogjakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekadar Menyikapi Komentar-Komentar "Kompasianer" Ya Mustafa

16 Januari 2012   18:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi bang Ramli, kisruh sepak bola di negeri ini tak kunjung menemui ujungnya. Kalau meminjam judul lagu Armada “Mau dibawa Kemana” sepakbola Indonesia ini. Padahal banyak event tengah menanti untuk kita ikuti. Mulai dari Hassanal Bolkiah Trophy 2012 sampai Piala AFF dengan timnas U-23. Namun di tengah kondisi yang seperti sekarang ini, prestasi apa yang bisa di harapkan. Sementara banyak pemain berbakat tak bisa ikut karena terganjal peraturan yang di terapkan PSSI yang jadi senjata makan tuan buat sepakbola Indonesia.Ibarat Gadis Cantik yang tengah bersiap-siap ikut berbagai kontes ratu kecantikan tapi apalah daya, sepakbola Indonesia tengah digagahi secara beramai-ramai. Mulai dari PSSI, kemudian pihak yang bernama KPSI, belum lagi oknum-oknum yang ikut serta demi keuntungannya masing-masing. Kenapa? Padahal seharusnya PSSI bertindak selaku Induk Sepakbola Indonesia, tetapi begitu tega malah ikut menggagahi nya. Belum lagi KPSI yang merupakan kepanjangan dari “Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia” malah bertindak sebaliknya. Lantas kemana lagi sepakbola Indonesia harus memohon perlindungan?

Daya “magnetis” gadis yang bernama sepakbola Indonesia ini tak lepas dari Anggaran besar yang di gelontorkan Kementrian Olahraga kepadanya, belum lagi akibat pengaruhnya yang begitu luas di masyarakat Indonesia ini. Gadis itu bisa dimanfaatkan sebagai motor politik di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional sekalipun. Sehingga persaingan besarpun dimulai untuk dapat mengusai sepakbola indonesia, mengangkanginya demi kepentingan segelintir pihak yang mengatas namakan pecinta sepakbola.

Ditengah geliat sepakbola yang cenderung meningkat tajam di beberapa musim terakhir ini, carut-marutnyapun tak kunjung usai. Mulai dari dua liga yang akhirnya di “sembelih” PSSI dengan menjatuhkan sanksi kepada beberapa klub yang bernaung di bawah bendera ISL, seperti Persipura, Persib Sriwijaya FC, Persiwa Wamena dan lain-lain. Padahal tak jelas apa dampak yang diharapkan dari dijatuhkan sanksi ini? Bukankah sanksi seharusnya merupakan tindakan tegas dengan maksud membina, tapi apa lacur malah mengebiri klub-klub yang dianggap “nakal”. PSSI yang seharusnya bertindak selaku pelindung bagi Klub-klub tersebut, malah berubah jadi “anak manja” yang sebentar-sebentar mengadu ke FIFA. KPSI yang awalnya mengaku didukung oleh 2/3 anggota PSSI, belakangan terbongkar kedoknya. Hanya akal-akalan saja, tentu “ada udang di balik batu”.

Harapan satu-satunya Menpora menengahi kekisruhan yang terjadi, mengajak para pihak yang merasa berhak untuk ikut sama-sama kembali ke tujuan semula yaitu demi kemajuan sepakbola Indonesia. Harus di murnikan kembali dengan meng-eliminir kepentingan-kepentingan yang ada. Membatasi ego-ego pemegang kekuasaan agar tidak bertindak gegabah. Semua pihak harus “bersatu” demi tercapainya tujuan kita bersama. Demi para insan pecinta sepakbola Indonesia, para suporter dari masing-masing klub sepakbola

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun