"Silahkanlah nak, asalkan dirimu bahagia, maka Ibu mendukung apa yang sudah menjadi keputusan kalian berdua, walaupun sebagian keluarga kita sangat menentang pernikahanmu ini".
Mendengar jawaban beliau yang sungguh membesarkan hati ini, maka dengan mantab kabar ini aku kabarkan kepada calon istriku yang cantik jelita. Dengan berlinang air mata, kami berdua berpelukan layaknya tele tubies, kami saling mencurahkan kebahagiaan atas restu seorang ibu yang sangat kami hormati.
Dilain kesempatan, ibundaku menyempatkan diri berkirim surat, dengan nada yang bersemangat dia menuliskan dukungan yang sepenuhnya serta menekankan agar kami berdua jangan terpengaruh terhadap rintanganyang ada maupun pihak keluarga yang menentang pernikahan kami tersebut. Diiringi doa dari beliau agar keluarga kami kelak bahagia dan harmonis. Beliau juga menyarankan kepada kami berdua, agar sesegera mungkin pulang kampung untuk memenuhi undangan pemberian gelar dan marga kepada istriku yang sejak semula tidak memiliki gelar dan marga yang sesuai dengan gelar marga dari pihak keluarga yang ibu miliki.
Maka setelah kami menikah, kamipun pergi "berbulan madu" ke daerah asalku di seberang sekaligus untuk memperkenalkan istriku kepada segenap keluarga yang ada nun jauh disana. Sesampainya kami disana, kami disambut dengan meriah layaknya pernikahan seorang Pangeran dan Putri yang memang tampan dan cantik jelita (ha ha ha ha ha ha......... narsisnya keluar).
Tidak dapat aku bayangkan suasana yang semarak dalam acara penyambutan dan pemberian gelar marga yang kami dapatkan. Semua keluarga yang dulunya kontra dengan pernikahan kami ini, Alhamdulillah saat pesta pemberian gelar dan marga ini, tidak terlihat adanya protes dan bantahan dari pihak keluarga ibuku yang memang mereka inilah pihak-pihak yang jika menurut adat disana merekalah pihak yang paling aku khianati secara adat.
Setelah usai pesta pemberian gelar, kami berdoa dalam hati, terimakasih Tuhan dan terimakasih buat ibuku yang telah mendukung dan merestui hubungan kami ini. Berkat doamu yang tulus dan suci, maka sampai saat ini kami hidup bahagia dengan dikarunai seorang anak laki-laki yang saat ini sudah duduk di kelas 3 SMP di kota Jogjakarta.
Untuk itu, aku tidak lupa jasa-jasa seorang ibuku yang kucintai. Doaku selalu mengirimu di alam sana. Doa dari menantumu, cucumu, dan anakmu senantiasa setiap waktu selalu kami panjatkan dan selalu kami kirim untukmu di alam sana. Kami yakin, ibu selalu berbahagia disana melihat keharmonisan keluargaku seperti apa yang ibu harapkan ketika ibu masih hidup dulu. Beristirahatlah ibuku yang aku cintai. Kami sangat mencintai dan menghormatimu segenap jiwa raga.
Seandainya saat ini ibundaku masih hidup, aku yakin beliau sangat bahagia mendapat ucapan selamat hari ibu. Yang bertepatan Hari Ibu pada hari Kamis 22 Desember 2011 hari ini.
Tulisan ini aku dedikasikan kepada ibunda tercinta yang telah mendahului menghadap keharibaan Yang Maha Kuasa. Semoga arwahmu mendapat tempat yang baik disisiNya. Amin
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H