Dari tulisan di atas, penulis berpendapat bahwa kurikulum sebagai inti pendidikan, berperan secara signifikan dalam menyelaraskan hubungan dunia pendidikan dan dunia kerja. Seperti yang disebutkan di atas, para pembuat dan pengembang kurikulum harus mampu ‘membaca zaman’ dengan tepat. Peluang tersebut diimbangi dengan adanya desentralisasi pendidikan sejalan dengan arus otonomi daerah di negeri ini. Desentralisasi pendidikan menurut Hasbullah (2006:15) menjadikan peran serta masyarakat sebagai pihak yang sangat penting. Hal ini sejalan dengan Hamijoyo (1999:3) bahwa peran serta masyarakat bukan hanya pada stakeholders, namun bagian mutlak dalam sistem pengelolaan. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat khususnya dunia kerja untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan adalah hal yang mutlak.
2. Academic-Business Links
Faktor lainnya adalah sikap dan pendekatan pengajaran. Hal ini diulas cukup rinci oleh Karen Wilson dari European Foundation for Entrepreneurship Research. Melalui tulisannya berjudul “Entrepreneurship Education in Europe (2008)”, Karen menyebutnya sebagai Academic-Business Links, dimana terjadi hubungan antara pihak universitas dan pengusaha. Hubungan tersebut tidak hanya sekedar membina jaringan semata, namun melibatkan mereka dalam proses pengajaran di kelas. Di beberapa negara seperti Inggris, Irlandia dan Spanyol, mereka memainkan peran yang lebih aktif dalam menggandeng komunitas bisnis lokal serta alumni. Namun demikian masih ada universitas di Eropa yang memiliki struktur organisasi tradisional sehingga menyebabkan sulitnya mengintegrasikan pendekatan baru dalam proses pengajaran.
Pendekatan ini pada awalnya dipelopori oleh perguruan tinggi di Amerika Serikat. Mereka melibatkan para pengusaha sukses dan berbicara di depan para mahasiswa tentang pendidikan kewirausahaan. Hal ini bertujuan untuk menggabungkan antara pengalaman di dunia kerja serta pelibatan mereka dalam berbagai proyek.
Di Indonesia, prinsip seperti ini disebut “link and match”. Prinsip yang diturunkan dalam berbagai kebijakan ini menuntut adanya keselarasan antara penyiapan tenaga kerja yang dihasilkan lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Namun demikian yang terjadi saat ini masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Sehingga tak ayal, malah kadang kala keduanya saling menyalahkan. Dengan melibatkan pihak dunia kerja dalam proses pengajaran seperti dalam konsep Academic-Business Links, diharapkan akan terjadi peningkatan keselarasan sehingga terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
3. Partner in Progress
Tilaar (1997:167) menyebutkan ada empat ciri lembaga pendidikan yang merupakan “partner in progress” yaitu pertama, output lembaga pendidikan harus mempunyai kualitas. Output yang digarisbawahi adalah kemampuan analitik sintetik, dimana manusia-manusia hasil dunia pendidikan lahir sebagai orang yang berani berinisiatif. Kedua, dunia pendidikan harus mampu melahirkan calon pemimpin dalam kehidupan masyarakat dan iptek. Salah satu poin penting adalah setiap lembaga pendidikan harus mempunyai obsesi mengenalkan dan mengembangkan produk iptek dan bukan hanya mengenalkan hasil teknologi dari tempat atau negara lain semata. Ketiga, lembaga pendidikan harus terlibat aktif dalam sistem kelembagaan nasional yang menanggulangi masalah kritis bangsa seperti minimnya lapangan kerja. Keempat, lembaga pendidikan memfokuskan program-programnya dalam memacu pertumbuhan ekonomi bangsa **
Referensi :
Tilaar, H.A.R. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi. Jakarta : PT Grasindo.
Hamijoyo, Santoso. 1999. Pola Otonomi Daerah yang Efektif dan Efisien untuk Diimplementasikan dalam Bidang Pendidikan. Malang : FIP UNM.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Bandung : Fokusmedia.
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan : Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Wilson, Karen. 2008. Entrepreneurship Education in Europe. OECD Report.
Sudjana. 2010. Pendidikan Nonformal : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung dan Asas. Bandung : Falah Production
http://www.forbes.com/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI