Mohon tunggu...
Ramid Masyutie
Ramid Masyutie Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

Menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menyelamatkan Bumi Menuju Net Zero Emission

24 Oktober 2021   21:51 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:26 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar: Desygner free

Menarik untuk melihat bagaimana net zero emision harus terlaksana di Indonesia dengan hasil seperti yang di-isyaratkatkan Paris Agreement. Target Tahun 2050.

Tahun 2060 atau 2070  adalah sebuah angka yang relevan untuk Indonesia. Apakah ini melenceng dari Komitmen Paris?

Lalu apakah kita, anda dan semua sudah sedang  memulainya, atau bersikap tak acuh?

Baik  sadar atau tidak  kita harus dan telah melakukannya meski cuma sedikit. Pemerintah juga sesuai dengan kesepakatan Paris yang telah meratifikasi tentunya telah konsekuen dengan rencana ini.

Emisi hanyalah sebuah kata pendek. Ini adalah kata  yang mendefinisikan artinya sebagai gas buang.

Knalpot mobil gas buang,  sendawa, dan siaran radio adalah contoh sebuah  emisi.

Secara teknis, emisi adalah segala sesuatu yang dilepaskan ke tempat terbuka karena tidak berguna lagi.

Tapi sesuai judul diatas, Emisi lebih sering mengacu pada gas buang yang dilepaskan ke udara.
Emisi yang dimaksud adalah seperti gas rumah kaca atau emisi dari pembangkit listrik tidak ramah lingkungan, pabrik, asap dan pencemaran.

Sebenarny setiap kali tubuh Anda mengeluarkan sesuatu seperti keringat, air liur, gas, itu juga bisa dianggap sebagai emisi.

Pengurangan emisi atau 'Jejak karbon' mengacu pada jumlah total karbon dioksida yang dihasilkan seseorang atau individu.

Istilah emisi konon menurut sejarahnya pertama kali digunakan oleh Parlemen Inggris.

Emisi karbon  gas rumah kaca yang secara langsung atau tidak langsung dihasilkan oleh individu atau kelompok.

Emisi tersebut berupa  bahan bakar yang di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan ketika kita makan malam, kita dapat menyiapkan makanan ramah lingkungan yang mempertimbangkan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dari makanan tersebut.

Jika kita makan salmon untuk makan malam. Salmon yang harus didatangkan dari Norwegia, memiliki emisi CO2 yang relatif tinggi karena perlu pengiriman jarak jauh.

Oleh karena itu,  kita mulai menyediakan ikan lain yang dapat ditangkap di laut selain salmon di atas meja, kehidupan konsumsi yang ramah lingkungan akan mungkin terjadi.
***
Para ahli percaya   untuk memerangi pemanasan iklim di planet ini tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah, jika tidak ditujukan, untuk "meminimalkan konsekuensi bagi lautan"

Tumbuhan saja  tidak akan cukup menyelamatkan dunia dari pemanasan global.
Emisi karbon dioksida tidak terkendali mengakibatkan bencana bagi kehidupan dilaut.
Kebanyakan organisme laut akan berada pada risiko yang sangat tinggi untuk terpapar pada tahun 2100 dan sebagian bisa lenyap.
Pada tahun 2050, qqqpara ilmuwan memperingatkan kenaikan permukaan laut yang cepat adalah sebuah bencana yang sudah didepan mata.

Apakah dunia pernah dapat berkah pengurangan emisi?

Iya. Pernah. Emisi gas rumah mendapatkan manfaat banyak karena epidemi virus corona pada tahun 2020.

Emisi selama Covid-19 menurun 2,4 miliar ton pada tahun 2020 karena penguncian dan pembatasan perjalanan.

Ribuan burung besi atau pesawat dikandangkan. Udara bersih dan langit biru sementara biota laut dan es Kutub mulai stabil.

Emisi global karena transportasi jalan raya 10 persen lebih rendah dari tahun lalu dan polusi penerbangan 40% .

Namun, pembatasan sudah dicabut terutama di China. Karena itu, emisi di negara ini kembali meningkat dan berkurang hanya 1,7%.

Pengurangan emisi yang berkelanjutan harus mendorong kita untuk lebih banyak berjalan kaki, bersepeda, dan mengendarai sepeda listrik. Apakah kita telah memulainya? Ayo kita mulai dan tingkatkan.

Pengurangan dan dampak rumah kaca adalah istilah umum penyebab pemanasan global. Ada berbagai jenis gas penyebabnya seperti karbon dioksida, metana, dinitrogen monoksida, dan freon.

Karbon dioksida (CO2) menyumbang tiga perempat dari gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.

Gas rumah kaca disebut dengan berbagai nama  "gas rumah kaca bisa kita singkat GRK, "karbon (karbon)" dan "CO2 (karbon dioksida)".

Barang barang  menghasilkan pencemaran adalah Emisi yang terkait dengan penggunaan bahan bakar. Emisi terjadi saat menggunakan mobil bukan listrik.

Sangat mudah untuk melihat bahwa pengguna peralatan bisa menghemat emisi.
Efek pemanasan global  naiknya permukaan air laut,  matinya tanaman pertanian, dan hilangnya tutupan vegetasi.

Akibatnya Fluktuasi curah hujan terjadi sehingga beberapa daerah terkena kekeringan sementara daerah lain terkena kebanyakan air atau banjir.

Salju mencair di Kutub Utara, dan gletser surut . Iklim yang ekstrim, dan peningkatan suhu bumi.
Beberapa pulau tenggelam dan menghilang dari laut .

Mulai sekarang semuanya perlu mencari energi alternatif terbarukan yang tidak mengeluarkan gas berbahaya.

Energi matahari, energi angin, dan energi air perlu menjadi prioritas.

Pembuangan gas beracun secara cepat, efektif dan aman ke atmosfer dapat dicegah.

Pembuatan dan promosi mobil listrik dan bertenaga surya. Memaksakan pajak dan lisensi yang mewajibkan pabrik untuk mengurangi pencemaran lingkungan,  untuk mengurangi emisi karbon.

Hemat energi listrik semaksimal mungkin, dan gunakan lampu hemat energi atau listrik seperlunya saja.

Mengurangi penggunaan kantong plastik, dan kecenderungan penggunaan kantong, kantong kertas dan kantong kain. Itu dapat kita tingkatkan dengan penuh kesadaran.

Sepenuhnya melarang penggunaan fluorochlorocarbons. Membangun tempat pembuangan sampah yang saniter, di mana sampah dibuang dengan cara yang mengurangi emisi metana.

Di Indonesia ada dua pandangan berbeda tentang emisi gas rumah kaca Indonesia.

International Wetland Conservation Union melaporkan bahwa Indonesia  menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China. Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa perkiraan tersebut tidak akurat.

Namun, pada Agustus 2010, Dewan Nasional Perubahan Iklim yang diketuai oleh presiden. Susilo Bambang Yudhoyono  dan para ahli, mengakui bahwa Indonesia adalah negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah China dan Amerika Serikat.

Pemerintah waktu itu, mengambil lima langkah yang lebih murah dengan benar akan mengurangi emisi gas sebesar 1,9 miliar ton pada tahun 2030.

Langkah-langkah tersebut adalah dengan

  1. pengendalian deforestasi,
  2. pencegahan kebakaran di hutan
  3. perbaikan kawasan gambut,
  4. pengelolaan hutan lestari, dan terakhir  regenerasi hutan yang rusak.

Presiden Yudhoyono konon mengeluarkan  inpres No. 10 /2011 yang membekukan penerbitan izin pembangunan baru untuk hutan alam dan kawasan rawa selama dua tahun ke depan.

Ini adalah karena pada pertengahan tahun 2010,  pemerintah Indonesia   mendapatkan bantuan hibah sebesar $ 1 miliar dari pemerintah Norwegia.

Bantuan lingkungan internasional pertama Indonesia di bawah kerangka REDD Plus.

Kini Strategi menuju 2050 adalah permintaan yang tertuang dalam Paris Agreement.

 Indonesia berkomitmen dapat terjadi tahun

2060 atau 2070. Apakah kita masih terlena? Saya kira dan harus tidak.

Kita mengambil contoh negara maju terutama Eropa yang telah memulai.

Negara-negara Anggota Uni Eropa  menyusun Strategi Nasional berbagai skenario dengan tujuan agar "emisi gas rumah kaca nol zero"

Kota-kota di seluruh Eropa cukup serius melawan perubahan iklim .

Di Oslo, dunia menyaksikan pembangunan konstruksi nol-emisi pertamanya.

Dalam proyek renovasi  semua alat berat - ekskavator, ekskavator, digunakan bertenaga listrik.

Proyek ini memiliki manfaat yang signifikan bagi penduduk Oslo dalam hal kualitas udara dan polusi suara.

Ini juga mengingatkan kita bahwa konstruksi, misalnya, menyumbang 23 persen dari emisi karbon dioksida global, dan hampir enam persen dari emisi ini datang langsung dari aktivitas di lokasi konstruksi.

Oslo, bersama dengan Amsterdam, Brussel, Budapest, Kopenhagen, Helsinki, Lisabon, Trondheim dan Wina, adalah bagian dari Zemcons Group of Large Buyers for Climate and Environment yang didanai Uni Eropa.

Ini adalah kisah sukses Kerjasama Pengadaan Bersama Eropa untuk bergerak menuju netralitas iklim.

Para ahli mungkin melihat tantangan untuk mengubah pasar menuju mesin tanpa emisi sebagai perjuangan yang berat dan mahal, tetapi mengubah kebiasaan kita yang sudah mendarah daging  menjadi tema utama bagi sebagian besar Eropa akhir-akhir ini.

Menggunakan sinar matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi metana membantu menyimpan energi terbarukan.

Memang, kita sudah bisa melihat buah dari kerjasama Eropa bersama ini.

Di pasar Nordik, tekanan dari otoritas publik mendorong pemasok untuk mengambil langkah menuju mesin tanpa emisi.

Negara yang berkomitmen kini menawarkan ekskavator bertenaga baterai 17,5 ton, yang lebih bersih dan lebih senyap daripada  dieselnya.

Pemasok lain seperti Caterpillar, nWacker Neuson, Liebherr, Hitachi CM, dan Volvo CE juga bergerak menuju elektrifikasi armada mereka.

Di Oslo, Kopenhagen, dan Helsinki, pengalaman menunjukkan bahwa dukungan politik yang konsisten merupakan faktor kunci dalam keberhasilan lokasi percontohan mereka.

Kota-kota di Eropa dengan jelas menunjukkan kemampuan mereka untuk berinovasi dalam pendekatan mereka untuk memerangi perubahan iklim. Bagaimana dengan kita. Ada wacana untuk menghentikan produksi mobil berbahan bakar dari pemerintah secara bertahap.

Ayo, kita sambut dunia nol emisi carbon. Net-Zero Emissions.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun