Lontar banyak ditemukan di Bali, juga beberapa di Jawa, Sulawesi, dan Lombok. Bagi masyarakat Bali, lontar memiliki arti penting karena lontar dapat memotret berbagai kejadian dan peristiwa.
Masyarakat Bali juga sangat menghormati lontar karena mereka percaya bahwa lontar adalah tempat bersemayamnya Sang Hyang Aji Saraswati, yaitu perwujudan Sang Hyang Widhi sebagai sumber ilmu pengetahuan.Â
Sang Hyang Widhi merujuk pada Tuhan yang Maha Esa dalam kehidupan umat beragama Hindu di Bali.
Usada Tiwang adalah salah satu naskah kuno yang ditulis di atas lontar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, usada diartikan sebagai obat dan ilmu pengobatan.Â
Usada berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu osadha yang berarti ramuan obat. Usada adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pengobatan tradisional di Bali, di mana sebagian bahan-bahan yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Naskah Usada Tiwang adalah naskah berbentuk prosa yang ditulis menggunakan aksara Bali, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuno yang bercampur dengan kosakata bahasa Bali dan Jawa.Â
Naskah yang terdiri dari 62 halaman (jumlah seluruh lontar ada 65 buah) ini disimpan dalam koleksi manuskrip Perpustakaan Nasional RI dengan nomor katalog 1287181.
Naskah Kuno Usada Tiwang berisi mengenai pengobatan tradisional Bali, khususnya pengobatan mengenai penyakit Tiwang.
Tiwang adalah penyakit yang memiliki banyak gejala, seperti tubuh yang terasa meluang (baca: pegal dan ngilu sekujur tubuh), gelisah, kaku otot, mata mendelik, bahkan bisa sampai tidak sadarkan diri. Tiwang memiliki banyak jenisnya tergantung dari gejala-gejala apa saja yang muncul.Â
Gejala tersebut dapat diobati dengan menggunakan ramuan obat-obatan yang dibuat dari campuran berbagai jenis tumbuhan dan bahan-bahan lainnya.Â