Kenyamanan tempat dan kualitas makanan yang lebih terjamin ini kemudian menyebabkan munculnya cap "mahal" terhadap coffeeshop. Pasalnya dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, rata-rata satu gelas kopi yang ada di berbagai coffeeshop di Yogyakarta dibanderol dengan harga Rp18.000-Rp27.000. Jika di Warmindo seseorang sudah bisa makan dan minum dengan uang Rp18.000, di coffeeshop seseorang hanya dimanjakan dengan tempat yang nyaman dan instagramable.
      Febri memaparkan bahwa kenyamanan dan keestetikan tempat sangat berpengaruh terhadap minat pelanggan yang datang ke sebuah coffeeshop. Febri memaparkan bahwa orang datang ke coffeeshop bukan untuk membeli coffee atau makanan yang dijual, namun lebih dengan alasan tempat yang instagramable. Menurut Febri, tempat yang nyaman untuk berkumpul dengan teman lebih worth it daripada makanan yang enak namun tempat yang bising.
      Vania Sekar salah satu manager coffeeshop yang sekarang bekerja di Pas Podjok Coffee and Eatery memaparkan bahwa bisnis coffeeshop dengan konsep kafe merupakan hal yang sedang naik daun dan menjamur di Yogyakarta. Vania memaparkan bahwa kini kualitas kopi dan makanan dari sebuah tempat justru dikesampingkan dibanding keestetikan bangunan. Untuk bertahan dengan bisnis coffeeshop ini, owner harus mampu untuk terus melakukan inovasi untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan.
      Vania juga memaparkan bahwa konsep yang dibawa di suatu coffeeshop harus matang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai ajang pemasaran. Dalam wawancara ia memaparkan bahwa kini usaha coffeeshop yang tidak terbendung jumlahnya rata-rata tidak memiliki karakteristik sehingga hal inilah yang kemudian harus dijual untuk terus meningkatkan pemasaran di tengah menjamurnya trend coffeeshop dengan konsep kafe di Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H