Pada masa mudanya Abu Bakar berfprofesi sebagai pedagang layaknya masyarakat di Mekkah saat itu. Ia dikenal sebagai pedagan yang sukses, karena sikapnya yang santun, lemah lembut dan sikapanya yang lemah lembut. Karena sikapnya yang mudah bergaul ia kerap dijadikan tempat untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi dikalangan mereka (Bahri, 2015, p. 13).
B.Sistem Politik dan Pemerintahan Masa Khalifah Abu Bakar (11-13 H/632-634 M)
Selama Rosululloh sakit yang menggantikan imam sholat di masjid yaitu Abu Bakar yang ditunjuk langsung oleh Rosululloh, banyak yang menganggap ini merupakan indikasi bahwa Abu Bakarlah yang sah menjadi pengganti Rosululloh. Segera setelah kematian Rosululloh, para pemuka kaum Anshar dan Muhaijirin melakukan musyawarah diantara kalangnnya yang bertempat di Madinah, yang akhirnya penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin islam atau Khalifah islam setelah wafatnya Rosululloh.Â
Namun apa yang terjadi keputusan tersebut menjadi sumber awal perdebatan. Penunjukan Abu Bakar menjadi Khalifah sangat kontraversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam islam dimana umat islam terbagi menjadi dua yaitu muslim Sunni dan muslim Syi'ah.Â
Dalam pandangan muslim Syi'ah pengganti yang sah seharusnya Ali bin Abi Thalib berbeda dengan pandangan muslim Sunni yang berpendapat bahwa Rosululloh menolak menunjuk penggantinya dengan kata lain tidak ada pengganti.Â
Kaum Sunni menyangkal pendapat kaum Syiah, karena Rosululloh dalam hal kecilpun sangat diperhatikan seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur dan lain-lainnya tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan untuk uamtnya.
Setelah kontraversial dan kebenaran pendapat masing-masing kaum, Ali sendiri mensetujui (berbai'at) terhadap penunjukan Abu Bakar menjadi Khalifah, mendengar pernaytaan Ali muslim sunni antusiasi dengan pernyataan tersebut dan mendukung Abu Bakar menjadi khalifah. Tapi kaum sy'iah menolak akan pengakuan dari Ali, karena mereka mengangap pengakuan tersebut bentuk kesedihan Ali setelah berbulan-bulan lalu istri Ali yaiut Fatimah meninggal dunia sehingga dia menutup diri untuk ikut serta dalam kehidupan berpolitik.
Abu Bakar menerima amanah menjadi khalifa ketika isalm dalam keadaan krisis dan gawat. Masalah yang muncul menjadi-jadi yaitu timbulnya perpecahan, muculnya para nabi palsu dan terjadi pemeberontakan yang mengancam eksitensi negeri islam yang baru di pimimpin kahlifah Abu Bakar.Â
Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama yang terjadi di Balai Tsaqifah Bani Sa'idah yang menjadi titik mulanya terjadi perpecahan antra umat isalm akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan isalm, sebagian orang menafsirkan berakhirnya isalm (Dra. Susmihara, 2013, pp. 88-91).
Peristiwa Bani Tsaqifah Bani Sa'idah merupakan bukti pengangkatan Abu Bakar sebagai Khlaifah secara musyawarah mufakat umat islam dan merupakan atas kehendaknya sendiri. Setelah terpilihnya Abu Baka menjadi khalifah beliau menjalankan kekhalifaanya dengan perlahan-lahan baik sebagai pemimpin uamt islam maupun sebagai pemimpin pemerintahan.Â
Adapun sistem pemerintahan yang Abu Bakar bersifat "Sentral". Jadi, semua kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif tepusat ditangan khalifah, meskipun demikian Abu Bakar dalam memutuskan suatu permasalahan selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Adapun kebijakan politik yang dilakukan Abu Bakar dalam menjalankan kekhalifahannya yaitu:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!