“Dia tidak mencintaiku.…”
“Jangan berpikir seperti itu. Tentu saja dia mencintaimu.” Inge mendongakkan wajah putrinya itu hingga terlihat sempurnalah wajahnya. “Dia ada di dirimu. Dia ada di matamu! Dia tak akan melakukan ini jika dia tak benar-benar mencintaimu. Dia ingin kau terus melihat dunia dan menghargai segala kehidupannya. Dia ingin kau tetap melihat prenjak-pernjak itu berlarian di sini. Hingga dia bisa ikut pula melihatnya bersamamu. Karena sesungguhnya dia memang ada di matamu!”
Mungkin karena Fawaizzah makin memahami kenyataannya, atau karena emosinya telah puas terlampiaskan, tangis itu hanya menyisakan isak kecil saja. Beginilah selalu semuanya berakhir. Inge menghela napas dalam-dalam, sehingga tangannya leluasa mendorong kursi duduk Fawaizzah ke ruang makan. Bekas luka amputasi itu masih terasa sakit jika digerakkan. Untung saja operasi matanya benar-benar berhasil.
“Pastinya kau lapar sekarang.”
****
*filosofi tentang prenjak itu sangat asal-asalan :D
Cirebon, 17 Januari 2012
Gambar diambil dari sini
Hari kelima 15HariNgeblogFF tema Ada Dia Di Matamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H